Selasa, 13 Agustus 2013

Mudik (Lagi)

Aku mau cerita perjalanan mudikku kemarin. Apa? Bosan membaca cerita perjalanan mudikku? Yah, maap-maap saja. Aku masih suka bercerita tentang perjalananku. Maklum, ini, kan, blog geje yang isinya personal, suka-suka, dan banyak curhatnya.

Ada beberapa hal yang berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya. Apa saja?

Ganti Partner

Tahun 2013 ini adalah mudik lebaran dari Blangpidie yang kelima bagiku. Kali pertama aku mudik lebaran dari Blangpidie adalah tahun 2009. Dan selama 2009-2012 aku selalu mudik lebaran dengan Intan, kawanku yang penempatan di Aceh Selatan. Berhubung Intan sudah pindah ke Maluku sana mengikuti sang suami, aku tidak mudik dengannya lagi. Kupikir aku akan mudik sendirian. Ternyata Rika, kawan sekantorku, mengomporiku untuk membeli tiket pesawat di tanggal yang sama dengan kepulangannya. Dia juga mengompori Jamal, kawan sekantor kami. Jadilah kami memesan tiket pesawat untuk jadwal penerbangan yang sama.

Kami bertiga berangkat dari Blangpidie hari Jum'at tanggal 2 Agustus 2013, sekitar pukul delapan malam. Aku berangkat dalam kondisi yang kurang sehat. Beberapa hari sebelumnya aku sakit tapi sehari sebelum berangkat aku merasa sudah sembuh. Eh, malah di hari Jum'at aku kembali tidak enak badan. Dan parahnya, sopirnya ngebut agar tiba di Medan pukul enam pagi. Alhasil aku muntah dengan suksesnya. Ngisin-isini. Untung aku cuma pulang bareng Rika dan Jamal. Coba kalau aku bareng mas-mas ganteng seperti Noah Wyle, bisa rusak reputasiku kalau ketahuan gampang mabuk darat. Eh, tapi kalau semobil dengan orang seganteng Noah Wyle mungkin aku tidak akan mabuk, ya? Ah, sudahlah.

Sampai di Bandar Baru kami istirahat sekalian makan sahur. Kami bertemu Mbak Novel dan Nisa yang baru penempatan di Aceh Selatan. Dan komentar Mbak Novel sewaktu melihatku, "Dirimu, kok, membengkak sekali?" Hiks! Kejamnya! Sebegitu bengkakkah diriku sekarang? Terakhir kali aku bertemu Mbak Novel adalah tahun 2009, sewaktu mudik lebaran juga. Kebetulan waktu itu kami satu pesawat. Dan waktu itu aku memang belum segemuk saat ini. OK, cukup curhat tentang berat badannya. Mbak Novel juga mengomentari jaket PKL yang kupakai. Jaket itu memang sudah 'tua', umurnya sudah sekitar 6 tahun. Tapi, aku masih setia mengenakannya kalau bepergian jauh.

Jamal menawariku untuk bertukar tempat duduk setelah tahu aku muntah. Tadinya Jamal duduk di samping sopir sedangkan aku dan Rika di belakang sopir. Tadinya aku berpikir percuma saja duduk di depan kalau sopirnya horror. Tapi, setelah dipikir-pikir, kalau aku di depan, Rika bisa leluasa duduk di belakang sopir sendirian, dan Jamal bisa mengungsi ke kursi paling belakang, sendirian juga. Akhirnya aku duduk di samping sopir. Dan Alhamdulillaah, biarpun mual, aku tidak muntah.

Naik Kereta

tanggal 3 Agustus, sekitar pukul enam lewat sedikit, kami sampai di Stasiun Medan. Kenapa ke stasiun? Karena kami harus naik kereta ke bandara. Kami memilih kereta karena khawatir akan terjebak macet kalau naik mobil atau bus. Untungnya Rika sudah memesan tiket seminggu sebelumnya jadi kami tidak perlu khawatir kehabisan tiket.


Gambar kiri atas adalah gambar tiket kereta ke bandara. Ada nomor gerbong dan nomor kereta. Harga tiketnya Rp 80.000,00. Dan ternyata tiket kereta tersebut bisa dipesan via telepon seperti tiket kereta di Jawa. Nanti, lah, kucoba. Gambar kanan atas dan kanan bawah adalah gambar suasana di tempat pembelian tiket di stasiun. Kalau yang kiri bawah? Itu bukan kereta yang ke bandara, Sodara-sodara! Itu kereta lain, entah kereta ke mana. Aku cuma iseng mengambil gambar dari dalam stasiun.

Stasiunnya lumayan nyaman. Bersih. Ya, iya, lah. Kan, memang standarnya sudah internasional, katanya. Sayang, tidak ada toilet jongkok. Mestinya stasiun berkelas internasional juga mengakomodasi makhluk-makhluk kampungan seperti diriku ini. Hiks!
Di stasiun kami bertemu Jaka, teman kami yang penempatan di Aceh Timur, dan dua orang lainnya yang tidak kukenal. Yang pasti, mereka berdua alumni STIS.

Sekitar pukul delapan kami turun ke peron lalu naik kereta. Sebenarnya aku ingin memotret keadaan di dalam kereta tapi malu. Takut dibilang norak. Padahal, sih, memang norak. Keretanya lumayan bagus. Mirip dengan kereta Kaligangsa Ekspres. Di samping tempat dudukku tidak ada stop kontak, padahal seingatku di berita yang kubaca di kereta ini ada colokan listriknya. Apa beda keretanya? Entah.

Ada satu yang agak merusak suasana perjalanan, yaitu dua orang yang duduk dihadapanku. Bukan, bukan Jamal dan Rika. Dua orang di hadapanku itu sepertinya pasangan baru yang sedang kasmaran jadi PDA banggets! Tahu, kan, PDA? Public Display of Affection. Tapi, ya, sudahlah. Siapa tahu mereka pengantin baru.

Bandara Baru

Tak sampai satu jam, kami pun tiba di bandara. Bukan Polonia melainkan Kualanamu. Sayang keretanya berhentinya tidak terlalu tepat dengan pintu keluar jadi orang-orang di gerbong paling ujung harus berjalan melewati beberapa gerbong untuk masuk ke bandaranya. Karena terbiasa dengan Polonia yang imut, aku pun kagok dengan Kualanamu yang luas. Kalau aku sendirian mungkin aku akan nunak-nunuk. Untung ada Rika yang bisa dibuntuti, hehehe...

Bandara Kualanamu ini lumayan besar. Tapi, waktu kami ke sana masih ada beberapa bagian yang sedang dalam konstruksi jadi belum terlihat keren. Tapi, ya, teuteup jauh lebih keren dibanding Polonia, meskipun aku tetap akan merindukan Polonia karena di sana ada toilet jongkok. Halah! Mungkin kalau sudah peresmian di bulan September nanti Bandara Kualanamu ini sudah lebih oke penampakannya.


Gambar kiri atas adalah penampakan lantai bawah. Kerumunan orang itu sepertinya para penjemput. Kanan atas adalah tempat check in (lantai tiga). Kanan bawah adalah pemandangan dari lantai tiga. Kiri bawah adalah gambar ruang tunggu.

Tadinya aku khawatir tidak bisa membeli oleh-oleh. Kalau dulu di Polonia ada banyak toko yang menjual oleh-oleh di bandara. Aku khawatir di Kualanamu tidak ada yang menjual karena bandara itu belum lama beroperasi. Tapi, tetap saja kami mencari oleh-oleh di bandara. Awalnya kami mencari di lantai dua karena di situ ada tulisan Cafe dan apalah itu. Tapi, ternyata masih belum ada cafe di situ, cuma ada ruangan kosong saja. Kemudian kami berkeliling lantai tiga. Ternyata ada toko yang menjual oleh-oleh. Alhamdulillaah, aku bisa membeli oleh-oleh.

Oh, ya, di Kualanamu ini aku bertemu Yuli, kawanku yang penempatan di Aceh Barat. Dunia ini sempit. Ke mana-mana bertemu teman sendiri, hehehe...

Setelah lama menunggu, kami pun naik ke pesawat. Sepertinya agak terlambat dibandingkan jadwal. Di atas pesawat aku langsung berusaha tidur agar tidak mabuk. Dan Alhamdulillaah aku tidak mabuk sampai pesawat landing di Soekarno-Hatta. Setelah itu kami pun turun lalu menunggu bagasi. Lama, mamen! Aku tidak tahu kenapa lama sekali. Setelah mendapatkan barang kami bertiga, kami pun keluar. Aku dijemput oleh Eny. Terharu, deh! Baru kali ini aku dijemput di Soetta.

10 komentar:

  1. bosen ora bosen wong lagi mangsane lah...
    itu deneng stasiun medan keren amat ya..? stasiun di jawa kalah jauh. jal banyakin potone yu, penasaran koh

    BalasHapus
    Balasan
    1. pancen keren stasiune. wingi arep moto2 sing akeh isin kang, mbokan diarani norak, dadine potone yang mung setitik.

      Hapus
    2. jal kalo stasiunnya keren gitu kan mbetaih
      jangan kaya di jakarta stasiun isine pedagang asongan. mau dirapihin malah pada ngamuk. bem ui juga goblok ikut ikutan demo nyegat kereta ga boleh lewat. mahasiswa utek didengkul ya kaya gitu. lebih seneng stasiune kaya pasar tumpah. jiaaan...

      Hapus
    3. susah, kang, kalo ngurusin kaya gitu terlalu banyak kepentingan. mesti tegas 'mengorbankan' salah satu dan keukeuh biarpun didemo.

      Hapus
  2. siapa itu noah wyle?
    Kagak kenal *kudet*

    barusan googling, Noah Wyle terlihat keren kalo gak cukuran. I don't know why :p

    Aktor ganteng tuh, Hugh Jackman, tapi yang ber'heavy stubble'. Entah kenapa, aktor2 yg nggak klimis, malah kelihatan lebih ganteng. Tapi kalo jenggotnya terlalu lebat sih, malah kesannya "hiiiyy". wekekeke. XD

    Soal pasangan yg ber-PDA, harusnya mbak Milo lihatin aja tuh. Pake nyengir kuda, terus alis dinaikkan sebelah. Pasti mereka bakal risih deh. ahahaha. Nggak dink, becanda. :v

    Btw, maafkan daku kalo pernah ada salah2 kata, dan suka komen nyepam dimari eaa mbak. :)
    Dimaafkan kan?

    Nah, sekarang, mana angpau buatku?
    XD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Duh, masa baru tahu Noah Wyle. Dia kan yang jadi Steve Jobs di Pirate of Silicon Valley, sama yang main di The Librarian. Dia gantengan kalo cukuran ah, keliatan muda.

      Ogah ngeliatin orang PDA, ntar malah pamer -_-

      Gak mau maafin ah :D :D :D

      Nih! *nyodorin angpau kosong*

      Hapus
    2. Belum pernha nonton kedua film itu. :v

      Tadi googling, menurutku gantengan kalo ada brewok tipisnya. Lebih kelihatan spt 'cowok betulan' ehehehe.

      dipamerin dan gak bisa mbalse kan artinya dizalimi ya mbak?! o.0 nah, pas itu terjadi, minta saja pada Allah "Ya Allah, buatlah agar partner hidupku segera menemukanku." wkwkwk. Gimana, doa orang terzalimi kan katanya manjur. :v

      Beneran nih gak mau maafin? yang rugi mbak Milo sendiri lho ntar. wkwkwk. #pedejaya. Kata oom Mario, Ge-eR is better than minder. :p

      Hiks, angpau-nya kosong.
      :(

      Hapus
    3. Pokoknya tetep ganteng pas mukanya bersih *ngotot*

      yah, aku lupa berdoa kaya gitu :D :D :D

      masih nggak mau maafin :p

      Hapus
  3. wow bandara barunya keren ya :)

    BalasHapus

Silakan meninggalkan jejak berupa komentar sebagai tanda bahwa teman-teman sudah membaca tulisan ini.. Tapi, tolong jangan menggunakan identitas Anonim (Anonymous), ya.. Dan juga, tolong jangan nge-SPAM!!!