Beberapa hari lalu ada tamu kantor yang ikut salat di musala di lantai 3 kantorku. Sebenarnya ada masjid juga. Namun, musala di lantai 3 lebih dekat untuk si mbak tamu karena ada di gedung yang sama. Saat meletakkan mukena, aku melihatnya salat ke arah yang berlawanan dengan arah kiblat. Waduh. Mesti gimana, ya? Aku bingung. Kubiarkan saja sampai selesai salat atau bagaimana? Kalau harus memberitahunya, bagaimana caranya? Sepertinya ini pertama kalinya aku melihat orang yang salah kiblat. Biasanya aku yang salah kiblat. Karena tidak tahu cara memberitahunya, aku diam saja lalu pergi wudu. Selesai wudu dan kembali ke musala, ternyata si mbaknya sudah salat ke arah kiblat yang benar. Di sampingnya ada orang lain juga. Mungkin dia yang memberi tahu.
Setelah salat aku pun mencari tahu tentang cara memberi tahu orang yang salah kiblat. Ternyata dengan cara menuntunnya. Ternyata begitu....
Aku jadi ingat kejadian kiblat yang tertukar yang kualami di Medan. Kalau tidak salah waktunya tidak jauh dari kejadian ayam yang tertukar. Waktu itu aku sedang transit di Medan, entah mau pulang ke Pulau Jawa atau baru kembali dari Pulau Jawa. Yang jelas, saat itu aku transit di kompleks travel yang melayani perjalanan Medan-Aceh (sepertinya Acehnya hanya pantai barat). Aku lupa nama jalannya, yang jelas dekat dengan Amaliun. Aku numpang salat di masjid yang ada di jalan itu. Biasanya arah kiblat masjid berlawanan pintu masuk. Yang sering kulihat seperti itu. Jadi, aku pun berasumsi semua masjid seperti itu. Aku pun salat dengan membelakangi pintu masuk. Selesai aku salat, ada orang lain salat dengan menghadap ke arah berlawanan. Lho? Aku salah, dong?
Kejadian kiblat yang tertukar di Medan itu benar-benar tak terlupakan. Duh, jadi kangen menggelandang sendirian di Medan.
Menuntunnya berarti diputar gitu mil?
BalasHapusIya
HapusIya, diputar.
Hapus