Selasa, 31 Maret 2020

Kerja Dari Kasur, Eh, Rumah

Sudah dua minggu, terhitung sejak tanggal 17 Maret lalu, aku menjalani KDR (kerja dari rumah) atau WFH (work from home). Lebih tepatnya sih KDK (kerja dari kasur) alias kerja sambil rebahan. Namanya juga anak kos dengan luas area kamar minimalis.


Bagaimana rasanya bekerja di rumah? Puyeng. Sebenarnya ada keuntungannya, sih, KDR ini. Aku tidak perlu mandi pagi-pagi dan bergegas ke kantor. Aku juga tidak perlu memikirkan pakaian yang akan kukenakan. Tidak enaknya? Mood. Sejak empat tahun terakhir aku sulit bekerja kalau sudah di rumah. Kalau sedang ada di rumah, yang tertanam di benakku adalah "waktunya santai". Beberapa kali membawa pulang dokumen pencacahan untuk diperiksa di rumah. Hasilnya? Hanya sedikit yang sedikit yang kuperiksa. Sisanya cuma ngabot-ngaboti tas. Sekarang malah dari pagi sampai sore di rumah.

Dalam menjalankan KDR ini aku juga dituntut menguasai sarana dan prasarana IT yang memadai. Absen memakai Kaizala. Aku senewen sewaktu tahu kalau kami harus memasang Kaizala di HP. Memori di HP sudah penuh. Meskipun sebagian besar data dan cache di aplikasi sudah kuhapus, masih saja tidak cukup untuk meng-install Kaizala. Dengan terpaksa aku meng-uninstall Spotify. Hiks! Itu baru absen. Untuk mengerjakan tugas? Selama ini aku mengakses komputer di kantor dari jarak jauh. Untuk itu aku butuh jaringan internet yang bagus. Untungnya internet di kos lumayan lancar. Yang ditakutkan adalah kalau komputer di kantor mati. Harus mengandalkan yang ada di kantor untuk menyalakan komputer. Lha, kan, di rumah semua? Iyes. Untungnya sewaktu komputerku mati ada petugas yang sedang piket.

Satu hal lagi yang kurasakan saat KDR ini: tidak selamanya aku lebih menyukai komunikasi tertulis dibanding komunikasi lisan. Selama ini aku merasa aku lebih nyaman berkomunikasi secara tertulis, misalnya melalui email atau pesan whatsapp dibandingkan telepon. Jadi, aku pun menyimpulkan kalau komunikasi tertulis lebih nyaman dari komunikasi lisan. Ternyata ada situasi di mana aku lebih nyaman bertatap muka dan mengobrol. Kapan itu? Saat berkonsultasi pada bos dan rekan kerjaku. Kalau di kantor aku tinggal teriak saja, hehehe.

Kan.. Jadi kangen kantor ... tapi nggak kangen konsumen, hehehe. Semoga wabah ini cepat berlalu agar semua kegiatan kembali berjalan normal, termasuk pekerjaanku. Semoga wabah ini berlalu sebelum lebaran agar aku bisa pulang kampung. Sudah dibela-belain, lho, nggak pulang kampung sejak bulan lalu demi wabah ini tidak menyebar. Akhir Februari lalu aku mengurungkan niatku untuk pulang karena tidak mau menulari orang tuaku. Eh, sekarang malah terancam tidak bisa lebaran di rumah karena wabahnya malah makin meluas. Ngenes. Ah, sudahlah. Sekarang cuma bisa berdoa.

Oh, iya, ngomong-ngomong soal perubahan mekanisme kerja selama wabah begini, sepertinya akan banyak yang mengangkat topik penelitian mengenai rancangan mitigasi dalam menghadapi wabah di tempat kerja masing-masing. Biasanya kan mitigasi hanya mempertimbangkan bencana alam.

6 komentar:

  1. hmm, aku sdh mau 3 minggu kerja di rumah. Seneng sih, untuk kaum introvert seperti aku ini semcam anugerah.. apalagi bidang kerjaan aku bisalah kerja dr jauh.

    Semoga cepat normal ya hidup kita, :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, kalo yang betah di rumah sih seneng ya..

      Hapus
  2. Hehehe, sama. Aku lebih nyaman komunikasi tertulis tapi sekarang mulai kangen juga ngomong langsung :')

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kaaan.. Kangen ngomong langsung meskipun biasanya lebih suka nulis.

      Hapus
  3. Kerja dari kos, yang dilihat cuma monitor dan hp. Lepas mata dari monitor yg ada cuma tembok. Begitu terus. Wkwkwk

    BalasHapus

Silakan meninggalkan jejak berupa komentar sebagai tanda bahwa teman-teman sudah membaca tulisan ini.. Tapi, tolong jangan menggunakan identitas Anonim (Anonymous), ya.. Dan juga, tolong jangan nge-SPAM!!!