Pindaaah
Tanggal 1 Februari malam lalu aku berangkat ke Banda Aceh, meninggalkan Aceh Barat Daya. Awalnya kupikir aku tidak akan terlalu sedih saat berangkat. Sewaktu perpisahan dengan orang-orang kantor siang harinya pun aku tidak merasa sedih. Toh, tidak akan ada yang merindukanku karena selama ini aku percaya kehadiranku tidak menggenapkan dan kepergianku pun tidak mengganjilkan. Rupanya di perjalanan Blangpidie-Banda Aceh aku mewek juga. Setelah kupikir-pikir, wajar juga aku menangis. Blangpidie sudah jadi tempat tinggalku selama lima tahun lebih (5 Mei 2009 - 22 Agustus 2014) plus nyaris dua tahun (7 Maret 2016 - 1 Februari 2018). Meskipun banyak kenangan tak menyenangkan di sana, tetap saja kota itu pernah jadi rumahku.
Tanggal 2 Februari kuhabiskan dengan berjalan-jalan ke tempat-tempat yang belum sempat kukunjungi sebelumnya. Keesokan harinya aku baru berangkat ke Jakarta. Naik pesawat? Iya, dong! Yamasa jalan kaki. Aku naik pesawat dari Bandara Sultan Iskandar Muda. Selama penempatan di Aceh, baru dua kali aku ke bandara tersebut. Pertama, sewaktu aku baru datang ke Aceh tanggal 3 Mei 2009. Kedua, ya tanggal 3 Februari itu, sewaktu aku mau berangkat ke Jakarta. Pertama kali datang lewat bandara itu. Pamitan pulang pun lewat bandara itu.
Galau!
Pindahan itu lumayan mengacaukan otakku yang sudah cukup berantakan. Galau mencari tempat tinggal. Sendirian berburu kos-kosan itu tidak menyenangkan, Jendral! Dan aku pun jadi sadar, mencari kos-kosan tidak cukup satu hari. Biasanya aku langsung bertemu kos yang cocok. Dalam beberapa kesempatan malah aku langsung cocok dengan tempat yang pertama kali kudatangi. Sayangnya kali ini berbeda. Tempat yang pertama kali kudatangi tidak bisa membuatku langsung mantap memilih. Ditambah kejadian sewaktu keluar dari rumah kos, tersandung saat menuruni tangga. Aku langsung menganggap itu pertanda bahwa aku tidak boleh tinggal di situ. Tempat kedua yang kudatangi pun tidak terlalu nyaman. Namun, karena lelah berkeliling, kuputuskan memilih tempat kedua. Semoga sih cuma sementara dan segera menemukan tempat yang lebih nyaman.
Whiny?
Aku tidak nyaman menjawab pertanyaan "Pindah ke mana?" Mau jawab ke pusat kok ya rasanyaaa ... malu. Orang kaya kamu kok bisa-bisanya ditarik ke pusat, Milo. Hahaha! Selama ini aku selalu berpikir bahwa yang ditarik ke pusat biasanya orang yang IPK-nya bagus atau orang yang berprestasi. Lah, aku?
Sebenarnya aku mengajukan pindah ke kabupaten di Jawa Tengah dengan alasan ingin menemai orang tua. Kok bisa jadinya ke pusat? Embuh. Kemungkinan terbesar, sih, karena aku lulusan S2. Nggak tahu mereka kalau nggak semua lulusan S2 itu bermanfaat dan bisa bekerja dengan baik. Ada juga yang ngawur bin nggak jelas, contohnya aku. Atau jangan-jangan mereka salah membaca surat permintaan pindahku? Nggak mungkin kan Jawa Tengah salah dibaca menjadi Pusat atau Jakarta?
*update 17 Februari: Jangan-jangan aku dipindah ke pusat karena terlalu bandel selama di kabupaten.*
*update 17 Februari: Jangan-jangan aku dipindah ke pusat karena terlalu bandel selama di kabupaten.*
Karena merasa yang kuajukan adalah pindah ke kabupaten, aku pun beberapa kali menjawab pertanyaan "Pindah ke mana?" dengan jawaban panjang mencakup cerita kalau aku mengajukan pindah ke kabupaten. Tanpa kusadari, jawabanku yang panjang itu bernada mengeluh. Seakan tidak bersyukur sudah pindah ke Jawa.
Pertanyaan yang Sulit Kujawab
Setelah pindah, beberapa orang bertanya, "Pindah ke sini ikut suami?" Aku harus jawab apa? Bolehkah aku menjawab, "Gimana mau ikut suami? Suami aja belum punyaaa!" Akhirnya aku kembali mengeluarkan jawaban panjang seperti di atas dan kembali terdengar whiny.
Kemarin ada pertanyaan baru menyangkut kepindahanku: "Emangnya minta pindah ke sini (pusat)?" Ini juga sulit dijawab. Jawaban paling jujur atas pertanyaan itu adalah "Man, gue mah tahu diri. Orang kaya gue yang IPK-nya pas-pasan dan nggak berprestasi mana berani minta pindah pusat." Namun, aku akhirnya mengeluarkan jawaban panjang yang kujelaskan sebelumnya.
millooow.....selamat yaaa...semakin mendekat kampung halaman. semoga bisa segera pindah lagi. aamiin
BalasHapusAaamiiin
Hapusayok ngumpul2 :D
BalasHapus_on
yuuuk!
HapusKirain move on dari pacar... kecewa...
BalasHapusLah, nggak punya pacar, gimana mau move on dari pacar -___-
Hapuswelcome to jakarta... yang jelas sih jadi makin deket sama gw :p
BalasHapusHaha, iya sih.
Hapus