Gadget mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat. Kalimat ini muncul karena banyak orang yang lebih suka bersosialisasi dengan orang yang jauh dengannya -- dengan menggunakan gadget -- dibandingkan dengan orang yang ada di dekatnya. Bahkan ada yang duduk berhadapan tapi masing-masing asyik dengan gadget-nya. Aku termasuk yang seperti itu, sibuk main ponsel atau laptop dan jarang mengobrol dengan orang. Harus kuakui, ponsel bisa jadi pelarian sempurna saat aku berada di keramaian tapi aku merasa seperti alien. Saat berkumpul dengan teman-teman di ruang makan, aku lebih suka main sudoku di ponsel karena aku memang bukan orang yang biasa mengobrol panjang lebar dengan orang yang tidak terlalu akrab denganku. Aku bukan orang yang pandai membuka pembicaraan. Kalaupun lawan bicara sudah membuka pembicaraan, kadang aku juga tidak tahu harus merespon bagaimana. Ujung-ujungnya paling yang responku, "Oh, gitu."
Setiap hari baru, selalu ada harapan baru. Setiap hari baru, selalu ada pengalaman baru. Bila hidup adalah perjalanan, nikmatilah pemandangan yang ada di sekitarmu. Fokus pada tujuan perjalanan memang penting. Tapi, MENIKMATI PERJALANAN juga tak kalah penting. Enjoy your life, Dude!
Kamis, 30 Oktober 2014
Senin, 20 Oktober 2014
Oleh-oleh Liliefors
Hari Minggu kemarin aku
mengikuti acara LILIEFORS di kampus STIS. Liliefors ini singkatan
dari Klinik Penulisan Desain Grafis Fotografi STIS. Singkatan yang
agak maksa, demi mendapatkan singkatan yang berbau statistik, hihihi.
Ini kali pertama aku mengikuti Liliefors. Sewaktu kuliah aku tidak
pernah mengikuti dengan alasan tidak punya uang untuk membayar tiket.
Setelah lulus, aku juga tidak mengikuti karena tempat kerjaku nun
jauh di sana.
![]() |
Bukti ikut Liliefors |
Sewaktu melihat posternya
di Facebook aku langsung tertarik. Yah, meskipun aku tidak tertarik
menjadi fotografer, desainer grafis, atau penulis profesional, tiga
hal tersebut lumayan menarik minatku. Apalagi hobiku yang suka
sok-sokan memotret pemandangan dan pekerjaanku yang menuntut
kreativitasku dalam membuat cover publikasi. Dan setelah melihat
narasumbernya, aku langsung heboh dan buru-buru mendaftar. Siapakah
narasumbernya? Untuk klinik desain grafis narasumbernya Faza Meonk,
komikus Si Juki – komik yang menurutku lumayan menarik (kecuali
komik yang tentang upil dan kawan-kawannya). Narasumber untuk klinik
penulisan adalah A Fuadi, penulis novel Negeri Lima Menara – novel
yang membuatku mulai kecanduan membeli novel. Dua makhluk itulah yang
membuatku makin semangat mengikuti acara tersebut.
Rabu, 08 Oktober 2014
Nggak Ada Kerjaan, Katanya
Ada hal yang menyebalkan saat kuliah malam ini. Awalnya, sih, biasa-biasa saja. Tapi, semakin kupikirkan jadi terasa menyebalkan. Saat itu temanku (yang sesama pegawai BPS) menjelaskan kendala yang dia alami saat mengumpulkan data dari instansi lain. Kemudian ada temanku yang lain (bukan pegawai BPS) berkata lebih kurang begini, "Kalau pekerjaan BPS cuma mengumpulkan data dari instansi lain, BPS nggak ada kerjaan, dong? Buat apa ada BPS?" Berhubung dosennya juga sepertinya tidak tahu mengenai pekerjaan-pekerjaan BPS, dia juga seolah mengamini komentar tadi. Salah satu komentarnya mengenai pekerjaan BPS yang "hanya" mengumpulkan data dari instansi lain lebih kurang begini, "Mending BPS dihapus saja. Atau semua pekerjaan itu dikerjakan sama BPS saja, tidak usah dikerjakan instansi lain." Dan sayangnya waktu kuliah sudah hampir habis jadi tidak sempat ada yang membantah komentar tersebut.
Awalnya aku menganggap itu wajar karena dia tidak bekerja di BPS. Dan aku cuma berpikir kalau dia mengatakan hal itu di depan KSK (Koordinator Statistik Kecamatan), dia pasti sudah jadi dendeng. Tapi, setelah dipikir-pikir, rasanya tidak etis menjatuhkan instansi di depan umum (di depan kelas termasuk umum, kan?). Apalagi dia langsung berkata seperti itu tanpa konfirmasi ke orang-orang yang bekerja di BPS apakah benar mereka tidak ada pekerjaan seperti yang dia asumsikan. Kalau mengingat hal itu, rasanya sebal. Di saat teman-temanku senewen karena beban pekerjaan yang makin berat, ada orang yang mengatakan mereka tidak ada pekerjaan. Kalau komentar dosen, sih, aku tidak terlalu peduli. BPS dihapus? Terserah. Itu urusan para petinggi.
Tapi, gara-gara kejadian itu aku jadi tahu rasanya kalau ada orang yang menghakimi kita tanpa konfirmasi terlebih dahulu. Istilah kerennya tanpa tabayyun. Jadi, harus hati-hati jangan sampai menghakimi seseorang dan berkata, "Alah, instansi ini mah nggak ada kerjaan. Cih, dinas itu mah kerja enggak korupsi banyak. Bah, orang-orang di kantor itu kerjanya cuma ngerumpi." Jangan gitu, ya, Milo! Kita tidak tahu apakah seseorang bekerja keras atau tidak.
Langganan:
Postingan (Atom)