Akhir tahun lalu aku berencana jalan-jalan ke Bandung. Sudah beli tiket kereta pulang pergi. Namun, yang akan kuculik untuk menemaniku jalan-jalan ternyata ada keperluan lain. Aku pun browsing tentang cara ke beberapa tempat wisata dengan angkutan umum, salah satunya ke Kawah Putih. Kelihatannya mudah. Tapi kok aras-arasen, ya? Dengan alasan aras-arasen, aku batal pergi ke Bandung.
Hingga akhirnya bulan kemarin aku berkesempatan ke Bandung lagi dan ada partner jalan-jalan. Kesampaian juga keinginanku jalan-jalan ke Ciwidey. Partner jalan-jalan ke Ciwidey ini berbeda dengan partner jalan-jalan ke Lembang empat hari sebelumnya. Mereka sudah pulang duluan ke Jakarta. Nggak asik, yah! Siapa partner jalan-jalan ke Ciwidey? Ada Nurin, suaminya Nurin (sebut saja F), dan teman kuliah Nurin (sebut saja L), eh, teman kuliahku (kalau sedang butuh, aku sering mengaku-ngaku teman) juga sih sewaktu di STIS. Kok pakai inisial? Malas minta izin menyebutkan nama mereka, hehe. Kalau Nurin kan sudah terkenal jadi sepertinya tidak perlu minta izin.
Kami memutuskan berangkat pukul 13.00. Sewaktu memesan rental, pemilik rental menanyakan apakah mau berangkat lebih awal agar lebih banyak tempat yang bisa dikunjungi. Lhooo? Di aplikasi disebutkan jam berangkatnya pukul 13.00 dan tidak disebutkan boleh lebih awal jadi aku tidak membuat rencana untuk pergi lebih awal. Ditambah lagi ada anggota rombongan yang harus salat Jumat jadi kami cuma menyusun rencana berangkat setelah salat Jumat.
Kami janjian bertemu di kampus Unpad dekat Gedung Sate pukul 11.00. Aku bertanya ke pemilik penginapan jalan ke arah kampus Unpad. Setelah mengikuti petunjuk mereka, aku sampai di kampus yang kalau tidak salah di Jalan Dipati Ukur. Aku baru ingat petunjuk Nurin kalau kampus mereka di Jalan Hayam Wuruk. Saat kutanyakan ke abang gojek di depan kampus, "Jauh kalo Hayam Wuruk." Oke, ini resmi kesasar. Daripada jalan kaki lalu salah jalan lagi, aku naik ojek ke Jalan Hayam Wuruk. Alhamdulillaah sampai dengan selamat. Sampai di sana masih ada drama lagi. Nurin harus pulang ke kos karena salah mengirim berkas (file) tugas dan laptopnya ada di kos. Akhirnya aku ditemani L sampai waktu berangkat.
Pukul 13.00 mobil rental datang. Nurin dan suami muncul tidak lama kemudian. Kami langsung cus ke tujuan pertama: Kawah Putih. Ternyata tempatnya jauuuuuh, men! Kami langsung menertawakan rencanaku pergi berdua saja dengan Nurin dan ngeteng naik angkutan umum. Lebih-lebih aku yang sempat berencana ke sana sendirian. Hahaha! Dari Bandung ke pintu masuk Kawah Putih jauh. Dari pintu masuk ke area kawahnya ternyata juga jauh. Jalan kaki? Bercanda. Medannya yang naik turun dan berkabut sepertinya tidak mudah ditempuh dengan jalan kaki. Setidaknya bagiku. Bisa seharian baru sampai ke kawah.
Begitu tiba di kawasan kawah, banyak yang menjajakan masker dan sewa payung. Aku sedikit tergoda membeli masker karena khawatir dengan bau belerang tapi tidak jadi. Entah kenapa.
Pemandangannya bagaimana? Bagus. Sayang cuaca sudah agak berkabut jadi hasil fotoku agak gelap. Aku sampai harus mengedit kecerahannya sedikit. Eh, apa memang salah fotografernya? Yang jelas, hasil fotoku memang sedikit lebih gelap dari yang sebenarnya, sih.
Kami mencoba ke tengah kawah lewat skywalk (di tiketnya tertulis begitu). Foto-foto lagi. Belum lama di sana, kabut menebal lagi. Kami pun buru-buru meninggalkan area tengah kawah menuju ke pinggiran kawah.
![]() |
Kabut tebal |
Tidak lama di pinggiran kawah, hujan turun. Karena tidak ada tempat berteduh, kami langsung naik ke atas dan lanjut ke tempat salat.
Selesai salat, kami melanjutkan perjalanan ke Situ Patenggang. Perjalanannya lumayan menyenangkan karena beberapa kali kami melewati kebun teh. Kebun teh doang kok menyenangkan? Maklum, aku sudah lama ingin melihat kebun teh secara langsung.
![]() |
Kebun teh di Situ Patenggang |
![]() |
Pemandangan dari ... mana ya? Lupa. Entah kapal pinisi atau dari sudut lain. |
Sampai di Situ Patenggang, kami menuju
ke tempat berfoto di dekat para penjual pop mi dan jajanan. Sayangnya
ada kejadian tidak menyenangkan di situ. Kaki F terperosok di situ.
Entah memang papan di situ sudah berlubang atau papannya sudah rapuh
kemudian patah sewaktu diinjak. Yang jelas, gara-gara kejadian itu aku
langsung merasa seperti disuruh pulang. Biasa. Kalau ada kejadian
seperti itu, aku sering berpikir, "Duh, nggak diridhoi buat ke sini nih!
Duh, disuruh pulang, nih!" Akibatnya aku tidak terlalu semangat ke
tempat lain. Kami cuma ke rumah makan berbentuk kapal pinisi. Sayangnya
makanan di sana tidak menarik. Kami pun memutuskan ke tempat lain. Saat
ditawari ke tempat wisata lain, aku menolak. Galau gara-gara kejadian
sebelumnya. Akhirnya diputuskan untuk makan dulu baru memikirkan tujuan selanjutnya. Kami makan di Rumah Nenek lalu pulang karena aku sudah tidak mood jalan-jalan. Moody banget, sih, Milo.
udah lama gak kesini, ternyata yang punya abis jalan jalan terus nih, di paragraf terakhir kok kaya kecewa apa seneng nyampur gitu lho, #kepo
BalasHapuspas terakhir nggak kecewa sih, cuma udah nggak semangat
Hapus