Kamis, 30 Oktober 2014

Mendekatkan yang Jauh

Gadget mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat. Kalimat ini muncul karena banyak orang yang lebih suka bersosialisasi dengan orang yang jauh dengannya -- dengan menggunakan gadget -- dibandingkan dengan orang yang ada di dekatnya. Bahkan ada yang duduk berhadapan tapi masing-masing asyik dengan gadget-nya. Aku termasuk yang seperti itu, sibuk main ponsel atau laptop dan jarang mengobrol dengan orang. Harus kuakui, ponsel bisa jadi pelarian sempurna saat aku berada di keramaian tapi aku merasa seperti alien. Saat berkumpul dengan teman-teman di ruang makan, aku lebih suka main sudoku di ponsel karena aku memang bukan orang yang biasa mengobrol panjang lebar dengan orang yang tidak terlalu akrab denganku. Aku bukan orang yang pandai membuka pembicaraan. Kalaupun lawan bicara sudah membuka pembicaraan, kadang aku juga tidak tahu harus merespon bagaimana. Ujung-ujungnya paling yang responku, "Oh, gitu."


Aku juga kadang lebih suka mengobrol dengan beberapa orang yang secara fisik jauh tapi dekat secara emosional dibandingkan dengan mereka yang secara fisik ada di samping atau di hadapanku tapi secara emosional tidak dekat. Kenapa? Karena sampai saat ini, mereka yang jauhlah yang bisa membuatku nyaman mengobrol dengan mereka. Merekalah yang membuatku nyaman menjadi diriku, nyaman berekspresi, tanpa memberiku tatapan "apaan sih?". Merekalah yang bisa memahami selera humorku yang kadang absurd, imajinasiku yang juga absurd. Merekalah yang membuatku merasa, "Oooh, ternyata ada orang yang menyadari keberadaanku," sementara yang lain membuatku merasa invisible. Merekalah yang tidak bosan -- setidaknya mereka tidak kelihatan bosan -- memberikan respon atas obrolanku, setidak penting apapun itu. Merekalah yang membuatku merasa dilibatkan dalam obrolan mereka, tidak membuatku merasa jadi satu-satunya orang yang tidak direspon dan seolah-olah tidak menyadari keberadaanku.

Iya, gadget memang kadang menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh. Tapi, bagiku gadget mendekatkan mereka yang jauh tapi dekat di hati, agar aku tak merasa sendiri.

6 komentar:

  1. Iya Mil manusia pada dasarnya selalu membutuhkan pengakuan atas keberadaannya. Aku juga kalau gak cocok sama seseorang/sekelompok orang pelan2 akan menarik diri dari mereka walau sebetulny ak tipe org yg kadang mudah memulai pcakapan dan cnderung terbuka. Aku mudah berteman, punya banyak teman walau tentu teman dekat yg cukup mengerti aku cuma beberapa saja.

    Jika berinteraksi dengan orang lain, jarang sih aku malah asik dengan gadget. :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. berarti beda dong ya sama aku. kalo aku susah mau memulai percakapan. dan kadang emang males sih.

      Hapus
    2. kalau belum kenal dan belum 'klik' biasanya gitu, males membuka obrolan. Tapi kalau sudah kenal, gak ditanya pun nyerocos sendiri

      Hapus
    3. hehe, iya. kalo udah akrab mah apa aja diomongin :D

      Hapus
  2. enaknya ada gedget jadi bisa dekat dengan orang2 yang jauh ya. tapi kalau yang dekat jadi jauh tergantung juga sih :)

    BalasHapus
  3. Ambil nyamannya saja ya, Mbak. :)

    BalasHapus

Silakan meninggalkan jejak berupa komentar sebagai tanda bahwa teman-teman sudah membaca tulisan ini.. Tapi, tolong jangan menggunakan identitas Anonim (Anonymous), ya.. Dan juga, tolong jangan nge-SPAM!!!