Tahun 2017 sudah berakhir. Ingin menulis ringkasan berbagai pengalamanku di tahun 2017 tapi sepertinya terlalu banyak hal yang tidak menyenangkan. Bagaimana kalau aku menulis tentang drama-drama Jepang yang kutonton selama 2017 saja?
Ini adalah drama tentang tiga gadis berusia 30-an yang sering berandai-andai: Rinko, Kaori, dan Koyuki. Karena mereka bertiga sering mengucapkan –tara dan –reba (partikel yang artinya ‘kalau’), mereka dijuluki Tarareba oleh Key, cowok mulut silet berusia 20-an. Mereka bertiga pernah membuat semacam resolusi kalau pada saat Tokyo Olympics 2020 mereka sudah berkeluarga. Sayangnya, pada tahun 2017 pun mereka masih belum punya pasangan. Selain masalah jodoh, Rinko juga memiliki masalah dalam pekerjaannya sebagai penulis naskah drama. Posisinya sebagai penulis naskah di sebuah drama digantikan oleh orang yang lebih muda darinya. Naskah Rinko dianggap tidak bisa membuat wanita muda yang menjadi target penonton mereka merasakan cerita cinta dalam drama tersebut.
Menonton drama ini membuat perasaanku diaduk-aduk. Tertawa getir melihat adegan saat Rinko dkk menyadari bahwa lelaki umur berapapun kebanyakan lebih suka wanita usia 20-an, tertawa saat melihat Rinko dan kawan-kawan begitu senang saat dibilang masih muda dan imut (wakai dan kawaii) karena aku merasakan hal yang sama, sebal sampai ingin menabok Key dengan parutan kelapa saat dia mulai mengeluarkan omongan pedasnya, lalu mewek melihat Rinko menghadapi masalah dalam pekerjaannya sampai memutuskan menyerah. Ngenes.
Oh, iya. Yang membuatku sebal bukan cuma Key. Kebanyakan tokoh lelaki di drama ini menyebalkan. Akhir ceritanya juga tidak sesuai harapanku. Untungnya ceritanya menarik, jadi aku tetap tahan menonton. Banyak animasi yang lucu juga. Seperti ini
Boku Unmei no Hito Desu
Ini cerita tentang Makoto yang tiba-tiba didatangi lelaki yang memanggil dirinya “Kami (God)”. Menurut Kami ini, Makoto harus menikah dengan Haruko yang bekerja di kantor sebelah tempat kerja Makoto. Anak mereka kelak akan menyelamatkan dunia dari meteor yang jatuh ke bumi. Kalau mereka tidak menikah, bumi akan hancur karena orang yang seharusnya menyelamatkan bumi tidak jadi dilahirkan. Termakan dengan omongan Kami, Makoto pun menemui Haruko dan mengatakan bahwa dia adalah jodoh atau orang yang ditakdirkan untuk Haruko (unmei no hito).
Aku suka jalan cerita drama ini. Banyak flashback yang satu per satu mengingatkan bahwa dua tokoh utamanya sudah sering dipertemukan oleh takdir. Bertemu saat kecil, saat pertandingan baseball, saat tes masuk kuliah, dan saat tim sepakbola jagoan Makoto kalah. Itu kan kebetulan! Kebetulan atau takdir?
Quartet
Drama ini menceritakan tentang Maki, Beppu, Iemori, dan Suzume yang membentuk kuartet bernama Quartet Doughnut Hole. Mereka “tidak sengaja” bertemu di tempat karaoke (kalau tidak salah). Namun, ternyata Beppu, Iemori, dan Suzume memang sengaja bertemu Maki di tempat itu. Masing-masing memiliki motif sendiri. Suzume sengaja mendekati Maki karena dia dibayar oleh mertua Maki yang curiga menantunya itu sudah membunuh anaknya.
Drama ini kelihatannya ringan dan lucu. Namun, banyak topik yang membuat hati serasa dicubit-cubit meskipun disampaikan dalam obrolan super santai dan absurd. Tentang hal yang tak bisa kembali seperti semula, tentang pekerjaan dan harga diri, tentang arti suami istri, semuanya dibahas keempat sahabat itu dalam atmosfer yang santai. Tapi tetep nampol. Salah satu contohnya adalah ribut-ribut kecil tentang orang yang memeras lemon di atas karage padahal belum tentu semua orang suka ada perasan lemon di karagenya. Cuma perkara begitu bisa menjadi obrolan panjang.
Reverse
Drama ini bercerita tentang Fukase, Asami, Tanihara, dan Murai yang menyimpan rahasia yang berkaitan dengan kematian teman mereka, Hirosawa. Mereka tidak pernah membahas hal itu sampai suatu hari Fukase melihat di pintu rumahnya ada tulisan “pembunuh”. Kemudian ketiga temannya pun mendapat surat yang sama. Mereka juga didatangi oleh seorang jurnalis yang dulunya detektif yang menyelidiki kematian Hirosawa.
Ini salah satu drama yang membuatku penasaran setiap minggu. Siapa sebenarnya yang membunuh Hirosawa? Satu per satu rahasia Fukase dan kawan-kawannya terbuka. Namun, tetap sulit menebak siapa pembunuhnya. Fukase dan kawan-kawan juga jadi tahu beberapa hal tentang Hirosawa yang mereka tidak tahu sebelumnya. Fukase, yang selama ini merasa sebagai sahabat dekat Hirosawa, ternyata tidak tahu banyak tentang Hirosawa.
Ngomong-ngomong, yang memerankan Fukase adalah Fujiwara Tatsuya dan yang memerankan pacarnya adalah Toda Erika. Yep, serasa reunian Yagami Raito dan Misa Misa. Etapi, di drama ini Fujitatsu perannya jadi cowok cupu dan unyu, beda dengan Yagami.
Kahogo no Kahoko
Nah, kalau ini drama tentang Kahoko, gadis yang overprotected (kahogo = overprotection). Pagi hari harus dibangunkan mama. Berangkat ke kampus, diantar mama. Setiap ke kampus dibawakan bekal makan siang buatan mama. Bahkan, baju yang mau dipakai pun dipilihkan mama. Sampai suatu hari dia bertemu Mugino yang dengan blak-blakan mengkritik sikapnya yang masih bergantung pada orang tua. Perkenalan Kahoko dengan Mugino membuat Kahoko berubah sedikit demi sedikit.
Ini drama yang paling asyik diikuti perkembangan karakter tokoh-tokohnya. Kahoko yang berubah dari serba bergantung pada mamanya menjadi lebih mandiri dan berani mengambil sikap. Papa Kahoko yang awalnya tidak berani membantah perkataan istrinya, jadi berani angkat bicara. Mama Kahoko yang awalnya terlalu protektif dan memaksakan semua pendapatnya pada Kahoko pun sedikit-demi sedikit mau menghargai keputusan Kahoko yang bertentangan dengannya. Keluarga besar Kahoko pun sedikit demi sedikit berubah.
Selain perubahan karakternya yang asyik diikuti, drama ini juga banyak bercerita tentang pentingnya keluarga. Pokoknya ceritanya hangat!
Kounodori Season 2
Drama ini bercerita tentang dokter kandungan Kounotori Sakura dan rekan-rekannya yang bekerja di PERSONA. Kounotori ini juga seorang pianis dengan nama samaran BABY. Setiap hari Kounotori dan rekan-rekannya menghadapi berbagai pasien, mulai dari ibu hamil yang bisu tuli, ibu hamil yang dicekoki banyak tahayul oleh keluarga dan kawan-kawannya, ibu muda yang kena postpartum depression, ibu hamil yang bayinya meninggal dalam kandungan, ibu hamil yang meninggal karena penyakit yang terlambat dideteksi, sampai ibu yang ngotot ingin melahirkan normal setelah persalinan sebelumnya menjalani operasi sesar.
Tidak banyak adegan operasi penuh darah. Drama ini lebih banyak membahas masalah yang dihadapi ibu hamil dan tenaga medis. Banyak adegan mengharukan. Boros tisu kalau menonton drama ini. Aku juga jadi suka mendengar para dokter di drama ini berteriak, “Aka-chan umaremaaasu!” lalu terdengar suara bayi eak eak.
Ada satu episode yang paling berkesan. Ada ibu yang bayinya mengalami kelainan jantung. Si ibu itu khawatir tidak bisa merawat bayi tersebut dengan baik. Kemudian suaminya bilang bahwa dia akan membantu. Dokter yang mendengar pun langsung berkata, “Anda tidak ‘membantu’. Itu anakmu juga.” Kalau dalam bahasa yang agak kasar, “Itu mah emang udah tugas elo buat ngerawat anak.” Semacam tampolan buat para bapak yang menganggap bahwa merawat anak hanya tugas ibu.
Namun, ada bahayanya menonton drama ini. Perempuan, terutama ibu hamil, yang menonton drama ini dikhawatirkan bisa mengharapkan bertemu dokter kandungan yang super lembut, pengertian, dan perhatian plus guanteng seperti Kounotori-sensei. Susah mak nyari dokter begitu.
Saki ni Umareta Dake no Boku
Tokoh utama drama ini adalah Narumi Ryosuke, seorang manajer yang sudah banyak menyelamatkan cabang perusahaan yang kondisi keuangannya buruk. Dia mendadak ditugaskan menjadi kepala sekolah untuk memperbaiki keuangan sekolah tersebut. Padahal sih alasan sebenarnya karena atasan yang baru tidak suka karena Narumi dianggap dekat dengan atasannya yang lama. Di sekolah tersebut Narumi melakukan banyak perubahan, mulai dari mengubah cara mengajar menjadi active learning, mengadakan open campus untuk menarik minat pelajar untuk masuk ke sekolah tersebut, dan sebagainya. Karakter Narumi juga ikut berubah. Yang awalnya selalu berorientasi bisnis menjadi ... bagaimana yah menggambarkannya ... pokoknya mulai berpikir seperti guru lah. Eh, tapi sikapnya tidak seperti guru kebanyakan. Dia merasa cuma lahir lebih dulu dari murid-muridnya. Ini semacam permainan kata dari kata sensei (先生) yang kalau dibaca per karakter artinya memang lebih dulu lahir (先 [saki] = lebih dulu, 生 [umareru] = lahir).
Menonton drama ini membuatku berpikir, “I wish I met someone like Narumi when I was young.” Kenapa? Karena Narumi jujur menggambarkan dunia nyata kepada para pelajar, menceritakan pengalamannya di dunia kerja. Hidup itu nggak mudah. Ada masanya lo akan diperlakukan nggak adil. Dan banyak lagi. He showed his student harsh reality, but in the end he still gave them encouragement.
Wah, panjang juga tulisan ini. Padahal masih ada beberapa drama Jepang yang belum kuceritakan. Drama Korea juga belum kuceritakan. Kutulis di post lain saja lah.
Tahun 2017 memang benar-benar gloomy bagiku. Namun, melihat banyaknya drama yang menghiburku, sepertinya 2017 tidak terlalu buruk.
2017 not my good year too. bedanya gw gak pny waktu buat nonton drama wkwkwk..
BalasHapussmoga 2018 turning point kita yaaahh.. semangat!
Aamiiiin!
Hapus