Selasa, 15 November 2016

Komentar Mengerikan

Beberapa pekan lalu ada berita tentang sebuah komik yang berbau pedofilia dan incest serta katanya "menyerang" komikus tertentu dengan menjadikannya salah satu karakter dalam komik tersebut. Aku beruntung tidak sempat melihat komiknya karena terlambat mengetahui huru-hara tersebut. Aku cuma membaca tulisan di blog maupun status Facebook yang membahas hal tersebut. Dan dari situlah aku melihat komentar-komentar mengenaskan. Komentar pertama yang kuingat lebih kurang seperti ini: Maybe she deserve it, that "holier than thou" b*tch. Yang paling menarik perhatianku adalah penyebutan "holier than thou". Selama ini aku merasa biasa saja melihat orang diberi predikat seperti itu. Mungkin karena aku lebih sering mendapati predikat itu disematkan pada ibu-ibu yang sering menyudutkan ibu-ibu lain pada perdebatan ASI vs sufor dan working mom vs stay at home mom. Aku lebih sering melihat predikat itu diberikan pada ibu-ibu yang judgy, menganggap dirinya lebih baik dibandingkan yang lain. Namun, ketika melihat orang yang mengkritik dan menasihati dalam perkara moral -- yang sungguh pantas untuk dikritik -- dilabeli sebagai orang yang merasa "holier than thou" aku merasa ngeri. Apa salahnya menasihati dalam perkara moral ini? Apakah orang yang menasihati begitu otomatis dianggap orang yang sok suci? Orang yang menasihati belum tentu merasa dirinya paling baik. Bisa jadi dia mengkritik atas nama para ibu yang khawatir anaknya terpapar pengaruh negatif dari komik-komik dengan konten vulgar.

Jumat, 11 November 2016

Kamu Salah, Tuh!


Pernah menemukan “kesalahan” orang lain dan merasakan hasrat yang kuat untuk menunjukkan “kesalahan” tersebut? Pernah? Aku sering begitu. Selain mudah menemukan kesalahan orang lain (dibandingkan kesalahan sendiri), aku juga termasuk orang yang kadang-kadang sok tahu. Cuma kadang-kadang, kok.

Rabu, 02 November 2016

Pagi yang Indah

“Bulik, bangun! Jam segini masa belum bangun,” celoteh cempreng bocah yang kerap menirukan perkataan Mamanya itu membangunkanku dari tidur.

Masih ngantuuuuuk! Semalaman tidurku tak nyenyak diganggu serangga penghisap darah. Dengungannya, gigitannya, semua membuatku yang nyaris terlelap jadi terjaga lagi. Dan pagi-pagi begini aku sudah dibangunkan keponakanku yang cerewet. Baru saja aku hendak memejamkan mata, Emak sudah memanggil menyuruhku membuat teh. Baiklah, sepertinya aku memang dilarang tidur lagi pagi ini.