Beberapa pekan lalu ada berita tentang sebuah komik yang berbau pedofilia dan incest serta katanya "menyerang" komikus tertentu dengan menjadikannya salah satu karakter dalam komik tersebut. Aku beruntung tidak sempat melihat komiknya karena terlambat mengetahui huru-hara tersebut. Aku cuma membaca tulisan di blog maupun status Facebook yang membahas hal tersebut. Dan dari situlah aku melihat komentar-komentar mengenaskan. Komentar pertama yang kuingat lebih kurang seperti ini: Maybe she deserve it, that "holier than thou" b*tch. Yang paling menarik perhatianku adalah penyebutan "holier than thou". Selama ini aku merasa biasa saja melihat orang diberi predikat seperti itu. Mungkin karena aku lebih sering mendapati predikat itu disematkan pada
ibu-ibu yang sering menyudutkan ibu-ibu lain pada perdebatan ASI vs
sufor dan working mom vs stay at home mom. Aku lebih sering melihat predikat itu diberikan pada ibu-ibu yang judgy, menganggap dirinya lebih baik dibandingkan yang lain. Namun, ketika melihat orang yang mengkritik dan menasihati dalam perkara moral -- yang sungguh pantas untuk dikritik -- dilabeli sebagai orang yang merasa "holier than thou" aku merasa ngeri. Apa salahnya menasihati dalam perkara moral ini? Apakah orang yang menasihati begitu otomatis dianggap orang yang sok suci? Orang yang menasihati belum tentu merasa dirinya paling baik. Bisa jadi dia mengkritik atas nama para ibu yang khawatir anaknya terpapar pengaruh negatif dari komik-komik dengan konten vulgar.
Setiap hari baru, selalu ada harapan baru. Setiap hari baru, selalu ada pengalaman baru. Bila hidup adalah perjalanan, nikmatilah pemandangan yang ada di sekitarmu. Fokus pada tujuan perjalanan memang penting. Tapi, MENIKMATI PERJALANAN juga tak kalah penting. Enjoy your life, Dude!
Selasa, 15 November 2016
Jumat, 11 November 2016
Kamu Salah, Tuh!
Pernah menemukan “kesalahan”
orang lain dan merasakan hasrat yang kuat untuk menunjukkan “kesalahan”
tersebut? Pernah? Aku sering begitu. Selain mudah menemukan kesalahan orang
lain (dibandingkan kesalahan sendiri), aku juga termasuk orang yang kadang-kadang
sok tahu. Cuma kadang-kadang, kok.
Rabu, 02 November 2016
Pagi yang Indah
“Bulik,
bangun! Jam segini masa belum bangun,” celoteh cempreng bocah yang kerap
menirukan perkataan Mamanya itu membangunkanku dari tidur.
Masih
ngantuuuuuk! Semalaman tidurku tak nyenyak diganggu serangga penghisap darah.
Dengungannya, gigitannya, semua membuatku yang nyaris terlelap jadi terjaga
lagi. Dan pagi-pagi begini aku sudah dibangunkan keponakanku yang cerewet. Baru
saja aku hendak memejamkan mata, Emak sudah memanggil menyuruhku membuat teh.
Baiklah, sepertinya aku memang dilarang tidur lagi pagi ini.
Langganan:
Postingan (Atom)