Minggu, 07 Juni 2020

Mama!

Sudah beberapa tahun terakhir aku mencoba berdamai dengan kenyataan bahwa aku tua. Salah satunya adalah dengan tidak protes ketika ada yang menyapaku dengan panggilan "Ibu". Dulu, aku ngotot minta dipanggil "Mbak" atau "Kakak" oleh anak dari rekan kerjaku. Tidak mau dipanggil "Tante". Sekarang? Tahu dirilah. Memang sudah kepala tiga, wajar dipanggil "Tante" atau "Ibu".


Selain dipanggil "Ibu", aku juga pernah dipanggil "Bunda". Aku dipanggil "Bunda" pertama kali sewaktu belanja di Ambassador. Lama-lama, sewaktu belanja di PGC pun dipanggil "Bunda". Hiks, memang sudah tampang emak-emak.

Yang paling tak terduga adalah sapaan yang kudapatkan kemarin. Waktu itu aku sedang antre membeli takoyaki-takoyakian. Melihat gelagatku yang mungkin kelihatan buru-buru, si mbak penjual takoyaki berkata, "Tunggu sebentar, ya, Mah!" MAMAH! Aku dipanggil "Mamah"! Aku cuma diam, tidak bisa menjawab "Saya bukan mamah-mamah! Saya belum punya anak! Papahnya aja belum ketemu, gimana mau jadi mamah?"

Aneh rasanya dipanggil "Bunda" atau "Mama" karena aku belum punya anak. Mungkin karena kedua sapaan itu memang hanya untuk mereka yang memang sudah memiliki anak. Beda dengan sapaan "Ibu" yang sifatnya lebih umum, bisa digunakan pada perempuan yang lebih tua, tanpa memandang dia sudah memiliki anak atau belum. Namun, tetap saja aku tidak bisa protes saat dipanggil "Bunda" atau "Mama". Ribet menjelaskan ke orang lain kalau aku belum punya anak.

2 komentar:

Silakan meninggalkan jejak berupa komentar sebagai tanda bahwa teman-teman sudah membaca tulisan ini.. Tapi, tolong jangan menggunakan identitas Anonim (Anonymous), ya.. Dan juga, tolong jangan nge-SPAM!!!