Minggu, 30 September 2018

Bahasa Campur

Melihat lelucon tentang bahasa campur-campur anak Jaksel yang banyak dibicarakan di media sosial, aku jadi teringat kebiasaanku yang mencampur bahasa Indonesia dengan bahasa Jawa ngapak. Kalau tidak salah sewaktu aku SMP atau SMA mulai muncul fasilitas bilingual pada salah satu televisi berbayar. Dan pada masa itu pula kami kadang-kadang iseng mencampur bahasa Indonesia dan bahasa Jawa ngapak dalam satu kalimat dan menyebutnya bilingual. Misalnya "Kamu dikandhani nggak nggugu, sih!" Tujuannya apa mencampur bahasa seperti itu? Biar keren? Haha, tentu tidak. Alasan utamanya ya bercanda. Namun, makin lucu ya makin keren, sih. Sampai sekarang aku masih senang menggunakan bahasa campur seperti itu karena lucu. Sayangnya tidak ada lawan bicara yang bisa diajak berbahasa ngawur seperti itu.