Zarif yang sibuk menulis di mejanya segera mendongak. Wajah Baharin
yang tersembul dari balik pintu dipandang sekilas. Dia mendengus kecil sebelum
mengurut dadanya perlahan-lahan.
“Kalau iya pun Baha, bagilah salam dulu. Terkejut aku,” ujar Zarif,
menggeleng beberapa kali. Kemudian dia tunduk semula menyambung kerjanya yang
terhenti.
Membaca halaman awal novel ini membuatku bingung. Sepertinya ada yang
tidak normal. Kuteruskan membacanya. Kemudian aku menemukan kata ‘kat’ yang
menguatkan kecurigaanku. Beuh! Ini, sih, bukan novel Indonesia! Langsung
kuperiksa halaman keterangan buku. Heuheuheu... Ternyata novel tetangga. Itu,
tuh... Malaysia.
Aku pun memutuskan untuk melanjutkan membaca novel hadiah giveaway-nya
Eksak ini. Dengan satu pesan untuk diri sendiri: SIAP-SIAP ROAMING! Maklum,
selama membaca tulisan blogger Malaysia, selalu berujung pertanyaan, “Ini
ngomongin apaan, sih?”. Atau pertanyaan, “Eh, kosakata ini artinya apa?” Tapi,
ternyata bahasa dalam novel ini tidak terlalu roaming. Yeah, tolong dicatat:
tidak terlalu. Jadi, masih ada roaming-nya, hehehe... Setidaknya memahami novel
ini tidak sesulit memahami tulisan blogger Malaysia. Mungkin karena dalam blog
orang cenderung menggunakan bahasa gaul atau prokem atau slang yang tentunya
berbeda antarnegara.
Novel ini bercerita tentang kisah cinta beberapa anak manusia. Ya,
iyalaaah! Judulnya saja Cinta Sejati. Yah, siapa tahu ada anak Rohis yang
terkecoh dan mengira ini cerita tentang cinta sejati kepada Alloh dan
Rosul-Nya. Bukan tentang itu, ya...
Tokoh utama dalam novel ini ada empat, Zarif, Zara, Yashmaan, dan Mia
(Sarah). Zarif dan Mia adalah seorang dokter (di novel ini disebut doktor).
Zara (sepertinya) seorang arsitek. Sedangkan Yashmaan adalah seorang pengusaha.
Zarif dan Zara merupakan sahabat sejak kecil. Mereka bersama-sama kuliah di
London. Dan sepulang mereka dari London, mereka dinikahkan. Padahal Zarif sudah
berniat melamar gadis lain. Tapi, dia tetap menuruti orang tuanya. Mereka pun
menikah. Tapi, setelah mereka menikah, mereka tidak bersikap sebagaimana
lazimnya suami istri. Tahu, kan, maksudnya? Setelah beberapa bulan kemudian,
terbongkarlah rahasia bahwa mereka tidak berbuat sebagaimana mestinya sepasang
suami istri. Orang tua mereka marah. Mereka pun diusir (dalam novel disebutkan
‘dihalau’ dan aku menduga kata ‘dihalau’ itu artinya diusir). Kemudian Zarif
dan Zara memutuskan berpisah. Bukan bercerai, hanya berpisah untuk memikirkan
jalan keluar yang terbaik. Mereka berpisah selama tujuh tahun. Dan selama itu
ternyata mereka sudah saling jatuh cinta tapi tidak saling tahu perasaan
pasangannya jadi semacam khawatir cinta mereka bertepuk sebelah tangan.
Lalu, bagaimana dengan Yashmaan dan Mia? Yashmaan dan Mia ini
sama-sama kuliah di California. Yashmaan berpacaran dengan Mia, lalu saat badai
salju mereka melakukan tindakan terlarang hingga kemudian Mia berbadan dua.
Please, jangan berpikir bahwa berbadan dua itu berarti Mia membelah diri
seperti amoeba. Bukan itu! Yashmaan tidak mau bertanggung jawab. Akhirnya Mia
menikah dengan Adam. Ternyata, Yashmaan yang sebelumnya cuma pura-pura
mencintai Mia, kemudian justru sungguh-sungguh jatuh cinta pada Mia. Sayangnya,
Mia sudah menikah dengan orang lain. Terus? Bagaimana kelanjutannya? Baca
sendiri, hehehe...
Menurutku buku ini lumayan. Yah, meskipun kurang sesuai seleraku. Aku
kurang suka cerita cinta. Tapi, dengan buku ini aku bisa belajar beberapa
kosakata Melayu Malaysia. Aku jadi tahu mereka menyebut tempat tidur dengan
kata ‘katil’. Padahal, di Indonesia, khususnya Jawa, katil itu artinya keranda.
Horror ketika diceritakan tokoh dalam novel ini merebahkan diri di atas katil.
Wew! Aku juga jadi tahu mereka menyebut kursi dengan kata ‘kerusi’. Mereka juga
menyebut jenis kelamin dengan kata ‘jantina’. Mungkin itu singkatan dari jantan
atau betina. Mungkin... Dan kata jemput itu artinya ‘silakan’. Jadi, dalam
novel ini ada kalimat “jemput minum” dan “jemput duduk”. Heuheu...
Oh, ya. Ada yang aneh dalam cerita ini. Sepertinya Azra Aryriesa –
penulis novel ini – terobsesi dengan huruf ‘Z’. Sebagian besar tokoh dalam
novel ini mengandung huruf ‘Z’, seperti Zarif, Zara, Mahfeez, Azrina, Zulkifli,
Fazilah, Zarina, Faizal, dan lainnya. Apa dia sebegitu terobsesinya pada huruf
‘Z’? Dan nama panggilan beberapa tokohnya pun agak janggal, cuma satu suku
kata. Seperti Zarif yang dipanggil “Rif”, Zara yang dipanggil “Za”, dan Yashmaan
yang dipanggil “Yash”. Aneh rasanya ketika Zarif berkata, “Panggil saja saya
Rif.” Pokoknya ganjil. Satu lagi. Ada, ya, orang yang tahan dengan hubungan
‘menggantung’ selama tujuh tahun? Hmm... Entahlah. Yang jelas di cerita ini
tokohnya tahan, tuh, ‘menggantungkan’ hubungan selama tujuh tahun.
Yah, meskipun ada beberapa keganjilan, novel ini lumayan manis. Ending-nya juga lumayan manis.
:). Betul juga. Blogger Malaysia selalu guna bahasa rojak dalam blog mereka. Kat sini panggil bahasa pasar. Baguskan? Kamu dpt mendalami kosa kata Malaysia dengan membaca novel itu.
BalasHapusOh, jadi di sana bahasa slang disebut bahasa pasar. Hmm...
HapusUlasan yang keren, meski dirimu tak suka jalan ceritanya :)
BalasHapusKoq bisa ya melalapnya? Apa penasaran dengan bahasanya yang aneh?
Saya, sih, sayang kalo ada buku gak dibaca :p Selama bukan buku yang bikin eneg sewaktu baca (udah kategori parah isinya), saya mah tahan2 aja. Apalagi cuma fiksi.
Hapuswaduh klo aku udah pusing duluan tuh baca bhs malaynya.. hihihi..
BalasHapusHihihi, pusing di awal aja, kok. Lama-lama kebal sama keanehan kosa katanya.
Hapusway novel malaysia ya... susah tuh bacanya... kita akan punya kesulitan untuk mengikutinya... tapi reviewnya ok juga nih... jadi tertarik mau coba baca juga...
BalasHapusKalau novel ini, sih, nggak terlalu susah diikuti jalan ceritanya.
Hapustapi bahasa di sana, kalo di telinga saya terdengar lebih lembut sih...
BalasHapusApapun bahasanya, lembut atau tidaknya, mah, tergantung penuturnya.
HapusKurang suka novel Malaysia :(
BalasHapusKalau novel gak sulit ta bahasanya...
BalasHapusAku pernah beli buku katanya sih kocak... bahasa Malaysia... tentang pramugari gitu... mbasan tak woco, ora dong... apa karena bahasa gaulnya sono ya...
Mungkin emang mereka pake bahasa gaulnya sana. Biasanya kalo yang lucu-lucu, kan, bahasanya 'lokal' banggets!
Hapus