Jumat, 17 Februari 2012

Demokrasi?

Demokrasi. Pemilukada. Awalnya aku tak peduli pada hal-hal tersebut. Rasanya terlalu menyebalkan bicara mengenai politik. Namun, kemarin aku mendengar kabar bahwa kantor BPS Kabupaten Tolikara di ujung timur Indonesia sana ikut terkena dampak kericuhan pemilukada. Entah bagaimana kejadian tepatnya. Yang jelas, kantor tersebut ikut terbakar, barang-barang MILIK NEGARA juga ikut terbakar, DOKUMEN hasil pencacahan pun ikut musnah. Entah bagaimana nasib dokumen Susenas Sakernas mereka.

Gara-gara peristiwa tersebut aku jadi berpikir, "Apa ini yang namanya demokrasi?" Membakar posko lawan sampai instansi pemerintah yang tidak terlibat bentrok pun turut terbakar hingga aset negara pun ikut rusak? Di tanah rencong pun kerap ada tindak kekerasan antar pendukung calon tertentu. Apa benar ini yang disebut demokrasi? Menjelang, ketika, dan setelah pemilukada hampir selalu ada bentrok. Entah apa maunya. Apalagi kalau sudah ada hasil dari pemilihan, pihak yang kalah biasanya berkoar-koar bahwa hasil pemilihan dimanipulasi. Well, kalau memang terjadi kecurangan, tinggal diproses secara hukum, tidak perlu bertindak anarkis, kan? Kalau memang tidak ada kecurangan, ya, terima hasilnya saja, lah... Terima kekalahan. Dalam pemilihan pasti ada yang kalah dan menang. Dan sudah sepatutnya yang kalah mendukung yang menang. Aku bukan bersikap memihak. Tapi, memang begitulah aturannya. Yang menang dan yang kalah bekerjasama dalam memajukan daerah. Bukankah tujuan ketika mencalonkan diri menjadi pemimpin daerah adalah agar bisa berperan dalam menyejahterakan rakyat? Itu, kan, yang selalu dijanjikan ketika kampanye?

Fiuh! Entah apa yang ada di kepala para pelaku tindakan anarkis itu. Mereka yang menggembargemborkan demokrasi, tapi mereka juga yang mencoreng demokrasi. Sepertinya mereka mengagung-agungkan demokrasi ketika demokrasi menguntungkan mereka. Dan ketika demokrasi sudah merugikan mereka (misalnya ketika mereka kalah dan harus mendukung calon yang menang), mereka pun lupa pada prinsip yang mereka agung-agungkan itu. Huh!

7 komentar:

  1. kalau ngomongin politik atau kejadian di negara kita emang ga ada habisnya yaa, dats why saya ga banyak nonton berita di TV, terlalu banyak bikin jantung shock. makasih sudah berkunjung ke blog saya yaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, ngobrolin politik emang bikin pusing. mending makan emping.

      Hapus
  2. Meminjam istilah mbak Millati: "Begono" ...
    Yah begonolah orang baru belajar demokrasi yang sebenarnya setelah sekian lama terkekang oleh rezim orde baru.

    Namanya juga baru belajar, makanya di mana2 kebablasan ... Endonesa oh Endonesa :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kayaknya itu gak bisa jadi alasan untuk bertindak anarkis deh. Buktinya banyak kok yang bisa tetap bertindak "wajar" dalam pemilukada.

      Hapus
  3. demokrasi kan dari kata demon & kreasi.
    demon=setan
    kreasi=kerjaan

    jd demokrasi adalah kerjaan setan. so, dampaknya adalah perusakan, huruhara, dsb.

    jd kalo ente nanya, "apakah ini yg namanya demokrasi?"
    hehe, jawab sendiri yua...
    :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. kerjaan setan wkwkwkwkwkwkwkwk
      hooh dab. . .bener bener :D

      Hapus
    2. @ eksak + Kaito Kidd: wis, aku gak melu2 ah mbahas demon

      Hapus

Silakan meninggalkan jejak berupa komentar sebagai tanda bahwa teman-teman sudah membaca tulisan ini.. Tapi, tolong jangan menggunakan identitas Anonim (Anonymous), ya.. Dan juga, tolong jangan nge-SPAM!!!