Beberapa hari ini aku rempong mencari bahan untuk membuat
tulisan untuk diikutkan dalam Kompetiblog. Maklum saja. Sudah beberapa kali aku
melewatkan event tersebut karena tidak ada ide. Jadi, kali ini aku begitu
menggebu-gebu untuk berpartisipasi. Tema lomba kali ini adalah mengenai
kreativitas orang Belanda. Satu hal yang terpikir olehku adalah kincir angin.
Kenapa? Karena aku berpikir bahwa ide warga Belanda untuk mengeringkan tanah
(yang posisinya di bawah permukaan laut) dengan menggunakan kincir angin adalah
ide yang kreatif. Aku pun mulai googling untuk mengumpulkan informasi mengenai
kincir angin untuk memperkuat tulisanku dan agar aku mempunyai referensi yang
bisa dipercaya. Dan ternyata aku menemukan tulisan dengan ide yang mirip dengan
ideku yaitu menilai kincir angin sebagai salah satu hasil kreativitas orang
Belanda. Aku tidak mau dikira meniru ide orang lain. Patah hati. Akhirnya aku
memutuskan untuk tidak menulis mengenai kincir angin.
Aku pun mencari ide yang lain. Yang terpikir olehku saat itu
adalah kreativitas orang Belanda dalam bidang teknologi informasi. Alasan
pertama, aku mempunyai sedikit dasar pengetahuan mengenai bidang tersebut jadi
tidak akan terlalu kesulitan membuat tulisan tersebut. Alasan kedua, sepertinya
orang Belanda sudah sangat maju dalam bidang tersebut. Aku pun kembali
googling. Aku menemukan beberapa nama tokoh Belanda dalam bidang teknologi
informasi. Ada penemu bahasa pemrograman Phyton. Aku pun terinspirasi untuk
mempersempit tulisanku jadi membahas mengenai para pencipta bahasa pemrograman dari
Belanda saja. Dan ketika aku kembali googling, aku lagi-lagi menemukan tulisan
yang idenya mirip denganku dan sepertinya juga diikutkan dalam lomba tersebut.
Patah hati lagi.
Kemudian aku mendapatkan ide menulis tentang renewable energy berdasarkan publikasi CBS. Ternyata sudah ada yang menulis tentang itu di Kompetiblog 2011. Hadeuh! Padahal aku sudah mengumpulkan banyak referensi untuk menulis tentang hal tersebut.
Aku pun jadi teringat kasus tentang posting-an yang cuma
muncul sebiji di Home. Awalnya aku pernah menduga bahwa salah satu penyebabnya
adalah gambar yang di-copy paste, bukan di-insert. Sebelum aku sempat menulis
tentang hal itu di blog, sudah ada orang yang mem-posting mengenai hal
tersebut. Padahal, itu murni ideku. Sama seperti dua kasus di atas. Aku sama
sekali tidak mencontek. Aku justru menemukan tulisan dengan ide yang sama
ketika aku mencari informasi pendukung untuk tulisanku.
Ketiga kasus tersebut membuatku mempertanyakan cara menilai
orisinalitas suatu karya. Bisa jadi si A membuat karya yang idenya sama dengan
B (di mana B menerbitkan karyanya terlebih dahulu), padahal mereka sama sekali
belum pernah bertemu dan A belum pernah membaca karya B. Apakah karya A dianggap
tidak orisinal? Bagaimana membuktikan bahwa A tidak ‘meniru’ ide B? Kalau
kemudian aku menulis tentang kincir angin atau bahasa pemrograman Phyton,
apakah tulisanku juga akan dianggap tidak orisinal? Bisa jadi tulisanku tidak
dianggap plagiat bila kutulis dalam gaya bahasa yang berbeda. Tapi, bisa jadi
tetap dianggap tidak orisinal, kan?
Ada yang mengatakan rambut sama hitam, tapi isi kepala
berbeda. Memang, isi kepala manusia memang besar kemungkinan berbeda. Namun,
bukan hal mustahil bila ada dua atau lebih manusia mendapatkan ide yang sama.
Dalam karya sastra hal tersebut sering disebut “sejiwa”. Namun, dalam tulisan
ilmiah (atau seperempat ilmiah), bisakah diasumsikan sebagai “sejiwa” atau
tetap menilai bahwa karya yang dipublikasikan “lebih akhir” sebagai karya yang
tidak orisinal? Bukankah dalam menulis skripsi, meskipun ide yang diperoleh murni hasil pemikiran sendiri, tetap saja bila ada skripsi sejenis yang pernah dibuat, tetap tidak bisa diajukan lagi?
Dan lagi, menulis karya yang BENAR-BENAR ORISINAL bisa dibilang hampir mustahil. Sebagai orang yang sering membaca, besar kemungkinan kita akan terpengaruh ide dari tulisan yang pernah kita baca. Seperti tokoh dalam film A Beautiful Mind yang ngotot membuat penelitian yang murni idenya sendiri. Apakah karyanya itu orisinal? Menurutku tidak. Pada akhirnya, dia merevisi ide teori yang sudah ada. Meskipun ide merevisi itu ia dapatkan sendiri, tapi tetap saja dia terinspirasi dari tulisan yang ia revisi tersebut. Kalau tidak ada tulisan tersebut, bagaimana dia akan mendapatkan ide untuk merevisi?
Dan lagi, menulis karya yang BENAR-BENAR ORISINAL bisa dibilang hampir mustahil. Sebagai orang yang sering membaca, besar kemungkinan kita akan terpengaruh ide dari tulisan yang pernah kita baca. Seperti tokoh dalam film A Beautiful Mind yang ngotot membuat penelitian yang murni idenya sendiri. Apakah karyanya itu orisinal? Menurutku tidak. Pada akhirnya, dia merevisi ide teori yang sudah ada. Meskipun ide merevisi itu ia dapatkan sendiri, tapi tetap saja dia terinspirasi dari tulisan yang ia revisi tersebut. Kalau tidak ada tulisan tersebut, bagaimana dia akan mendapatkan ide untuk merevisi?
Huh, aku benar-benar galau memikirkan hal ini. Menilai orisinalitas memang membingungkan. Apalagi membuat karya yang orisinal. Lebih-lebih membingungkan. Bagaimana aku
bisa menulis karya yang orisinal untuk diikutkan dalam lomba ini?
Kalo kata temen-temen Kastil-ku: Gak ada yang bener-bener orisinal di kolong langit sini. Gak ada hal yang baru. Jadi, ide boleh sama. Cara eksekusinya yang membedakan mana (lebih) orisinal, mana gak.
BalasHapusKalo di Kastil, ide itu dilempar-lempar, dipajang gede-gede, sapa aja boleh make. Trus dari satu ide, kadang ada tantangan buat ngebikin tulisan (lebih banyak cerpen sih). Dari situ bisa keliatan, walopun idenya sama, pas udah jadi tulisan, gak akan sama.
Hmm.... Aku juga mau ikut lomba itu. Tapi kayaknya ngambil topik kuliner aja. :D
Nah, kalau kasusnya ide sama, sudut pandang pun sama, lebih berpeluang "dituduh" tidak orisinal. Itu yang terjadi sama saya. Kalau untuk karya fiksi, kayaknya lebih mudah menulis sesuatu yang berbeda dari ide yang sama.
HapusSusah, Mil! Niat mo nyari reperensi buat pendukung, ujungnya kan tetep gugling juga? Baca tulisan orang juga? Beda kalo elo coba observasi dan report langsung dari tkp! *ikutmumet
BalasHapusMenurut gue, teknik penulisan dgn ngeliat langsung bakal bikin ciri yg orisinil, walo pengamat satu tkp bisa banyak org di satu waktu. But, it's ok! Beda kepala kan beda isi? Atau coba interpiu org aja! Gue mau kok di interpiu! Bhahaha
bhahaha... @.@ toh baca mbak mil saran dari bang eksak :p
Hapus@ eksak: hasil pengamatan pun belum tentu orisinal. kadang kita juga melakukan pengamatan untuk membuktikan, merevisi, atau membantah teori yang sudah ada, dan itu namanya tetap terinspirasi teori yang sudah ada. kalau interview juga nggak sembarangan. narasumbernya juga harus jelas. apalagi kalau mau yang ilmiah. kecuali cuma mau menampilkan opini.
Hapus@ Arif Khumaidi: maksudnya?
Hmmm... Gini deh, Mil! Cobalah anggep sesuatu itu belom pernah terpikirkan oleh seorang pun kecuali elo sendiri. Trus elo all out, curahkan konsep dari butir ke butir, singkirkan tuntutan orisinalitas, tuliskan apa yg pengen elo tulis, turunkan harga *halah ngawur
Hapusapalagi elo bilang elo punya basic. Reperensi itu kudu, tapi liat siapa yang paling keren presentasinya! *opo iki?
Oke dah! Tapi kayanya mau ambil tema yang aku gak punya basic aja :D
HapusIde akan muncul jika ada suatu kejadian, apa yang dirasa dan yang dilihat dpat dituangkan dalam sebuah tulisan, bukankah ini termasuk orisinil KaK Millati hehehe
BalasHapusJangan galau lagi ah,, menulislah sebuah hal yang bermanafaat pasti itu akan jadi sebuah karya yang hebat hehe
Belum tentu. Kalau ide tersebut sudah pernah ada yang mempublikasikan, gimana?
Hapussudah ga ada lagi yang original
BalasHapussemuanya sudah ada yang bikin
yang bisa kita lakukan hanya modifikasi biar ga sama persis dengan yang ada
Kayanya memang bener udah nggak ada yang orisinal. Sekarang cuma bisa modifikasi yang udah ada, atau menggabung-gabungkan data/fakta yang sudah tersedia.
Hapusbingung juga ya.....!!!!!
BalasHapusaku nyerah aja....
Yee, nyerah.. Emang lagi perang? :p
HapusBingung juga kalau begitu, tapi menurutku.. hanya perlu jujur pada tulisan sendiri, tidak ada yang 100 persen sama sebagaimana tidak ada yang 100 persen tidak sama.. keep writing ^^
BalasHapusJujur? Bener juga. Yang penting tulisan kita jujur.
Hapuskalau menurutku, Walau idenya sama kan gaya penulisannya juga berbeda ndah. Kan jadinya bisa dibedain juga suatu tulisan orisinal apa jiplakan hehehe...
BalasHapusOh, gitu? Jadi, meskipun ide dan sudut pandangnya sama, kalau gaya penulisannya beda, tetap bisa dianggap orisinal?
HapusWah idem deh mbak, menurutku wis ra ono sing orisinal...
BalasHapusPasti sudah terinspirasi dari mana-mana gitchu.
Wis rasah galau, mending mulai nulis nggo kompetiblog...
Pokoke nulis dhisik, ngunu?
Hapushmmmm, mungkin maksudnya ori itu hasil pemikiran sendiri kali mba, kl pun ada yg sama ya, berarti pemikirannya mendekati dan dua orang itu bisa di katakan cocok kl bahasa gaulnya mah "klik", dan wew, belanda ... wuiii, penjajah negri ini yg sekarang tenar akan dau ganja ya, hihihiy, seperti di tempatmu sekarang itu lho, hahay :D
BalasHapusJadi, tetep dianggep orisinal biarpun idenya sama? Hmm..
HapusAku malah belum pernah nemu ganja di sini.. Padahal penasaran pengen liat :D
Menurutku sih, ide subjek gak apa2 sama namun dibedakan gaya penulisannya. Gaya tulisan kan gak bisa di copas dan ditiru. Kalau menulis ttg kincir angin misalnya, jangan hanya dr sudut sejarah atau kegunaan. Tp bisa ditinjau bagaimana kincir tsb membentuk cara pandang orang belanda ttg air, gimana kincir ini ditiru teknologginya oleh bangsa lain dst.
BalasHapusHmm, boleh juga sarannya..
HapusIkutan Kompetisi Blog Mama Cake yok. Ada 2 hadiah utama Galaxy Tab dan hadiah hiburan lainnya :)
BalasHapusTapi harus dimenangin yak :p
HapusHmm..
BalasHapusrepot yaa mba.....
BalasHapussaya jadi ikutan bingung pas baca postingannya. untung cm bingung aja ga sampe garuk2...hihihi
slm kenal mba,terima kasih sudah maen ke blog saya.
salam :)"
Mari kita bingung bareng-bareng :p
Hapusikut nyimak aja
BalasHapushappy blogging
Silakan menyimak
HapusKalau menurut pendapatku, yah, Mbak, itu bukan plagiat lah.. Kemiripan suatu ide, kurasa, tidak mempengaruhi orisinalitas suatu karya. Bisa saja saat aku bikin karya ilmiah bertema air, di beberapa tempat lainnya banyak juga yang menulis dengan tema air. Namun yang membedakannya itu ialah isinya...
BalasHapusTema/topik boleh sama, Mbak, tapi nggak untuk isinya. Isinya, alurnya, yah harus bedalah sama karya-karya lainnya. Mau tema/topiknya sama kek, selama isinya beda banget, yah teteup masih orisinal, mbak.
Nggak usah takut duluan, Mbak. Teteup aja nulis dan langsung kirimin ke kontesnya. Biarlah juri yang nilai. Yang penting kan isinya, bukan judul atau kesamaan topiknya.
^^
Hohoho, baiklah, aku akan mulai menulisnya.
HapusHey pertama mampir kesini suka sama blog dan tulisannya. Mari temenan :)
BalasHapusAduh, jadi terharu ada yang suka tulisanku. *ge'er*
Hapusngukur yg orisinil mmg susah kayaknya. kecuali kalo batasannya jelas, misal di wilayah A. klo dunia maya, so pasti susah, tiap hari ada penemuan baru, entah revisi atau yg kebetulan baru menyadarinya. mungkin harusnya syarat GA itu yg kreatif ajah, biar mudah bagi pesrtanya.
BalasHapuswaduh, kalo syaratnya mesti kreatif, susah juga. saya kurang kreatif :p
Hapusmbak'e, sya koq klo main kesini sllu dak bisa pke scrollnya? bisanya manual pke pageup/pagedown di keybord.
BalasHapusnapa yah? #bingung sndiri
Hehehe, itu karena saya iseng utak-atik template buat disable klik kanan. Jadinya malah kalo di Google Chrome gak bisa pake scroll. Tapi, kalo buka pake Mozilla Firefox bisa kok scroll-nya.
Hapus