Hanya manusia yang mengukur waktu.
Itu sebabnya hanya manusia yang mengalami ketakutan
hebat yang tidak dirasakan makhluk-makhluk lainnya.
Takut kehabisan waktu.
Dor adalah manusia pertama yang berusaha menghitung, membuat angka-angka. Ia selalu asyik mengukur apapun, batu, ranting, kerikil, apa saja yang bisa dihitungnya. Hanya satu yang bisa mengalihkannya dari kegiatan menghitung: Alli, teman masa kecilnya yang kemudian menjadi istrinya.
Dor juga menandai waktu, dengan menandai ujung
bayangan pada sebuah tongkat, dengan mengukir takik-takik pada lempeng tanah
liat, dan juga membuat jam pertama. Dialah manusia pertama yang menandai waktu.
Sementara itu, Nim, kawannya, sedang membuat menara yang akan membawa Nim ke
langit untuk mengalahkan dewa-dewa.
Dor masih sibuk menghitung, menandai waktu. Alih-alih
menikmati “waktu”-nya bersama Alli, Dor justru menghabiskan “waktu”-nya untuk
menghitung waktu. Hingga suatu hari Alli sakit keras. Dor berdoa agar waktu
berhenti sehingga dia bisa menemukan Asu yang bisa menyembuhkan Alli. Namun,
waktu berjalan tepat seperti biasa. Alli semakin lemah. Dor marah. Dia berlari
menuju satu tempat: langit, agar dia bisa menghentikan waktu. Dor menaiki
menara Nim, terus naik hingga mencapai tempat di balik kabut. Dialah manusia pertama
yang mencapai tempat itu. Di sanalah dia menjalani “hukuman” sebagai “Sang
Penjaga Waktu”. Dia menjalani “hukuman” karena akibat “penemuan-penemuan” yang
diciptakan Dor, manusia jadi terus menghitung waktu, dan kemudian merasa
kekurangan waktu.
“Hukuman” untuk Dor adalah mendengarkan semua
keluhan manusia tentang waktu. “Lebih lama”, “lebih banyak”, “satu hari lagi”, itulah
yang harus didengarkan Dor terus-menerus hingga berabad-abad lamanya. Hingga
suatu hari, Dor dikirim ke dunia lagi, untuk menemukan dua jiwa, yang satu
menginginkan terlalu banyak waktu, yang satu menginginkan terlalu sedikit
waktu. Dua jiwa itu adalah Victor Delamonte dan Sarah Lemon. Victor, dokter
memvonisnya tak bisa hidup lebih lama lagi. Tapi, dia masih ingin tetap hidup.
Sedangkan Sarah, dia mencoba bunuh diri karena patah hati. Apa yang bisa
dilakukan Dor terhadap dua orang itu? Apakah akhirnya Dor bisa menghentikan
waktu dan menyelamatkan Alli?
Itu adalah ringkasan cerita dalam novel The Time
Keeper (Sang Penjaga Waktu) karya Mitch Albom. Sudah lama aku mencari novel
terbitan Gramedia Pustaka Utama ini karena penasaran setelah membaca resensinya.
Tapi, baru bulan lalu aku bisa menemukannya di Banda Aceh. Dan ternyata tidak
sia-sia pencarianku. Novel setebal 312 halaman ini tidak mengecewakan.
Sampulnya lumayan menarik. Gambarnya sebuah jam
dinding yang bengkok-bengkok. Tapi, menurutku lebih nyambung bila gambarnya jam
pasir, karena lebih sesuai dengan setting ceritanya. Dan yang agak mengganggu
adalah penulisan nama penulis di tengah sampul sedangkan judulnya justru
ditulis di bawah. Kalau orang yang tidak mengenal penulisnya, bisa-bisa mengira
kalau judul buku tersebut adalah “Mitch Albom”. Sepertinya menonjolkan nama
penulis dibandingkan judul buku sedang tren sekarang. Dan menurutku itu menyebalkan.
Seharusnya yang ”menarik” pembaca adalah judul buku, bukan penulisnya. Tapi, sudahlah.
Mungkin nama penulis lebih “menjual” dibanding judul bukunya sendiri.
Kalau dari segi cerita, lumayan menarik juga. Unik.
Meskipun setting ceritanya lompat-lompat, ceritanya masih bisa dipahami. Dan
banyak pemahaman bijak tentang waktu yang bisa didapat dari buku ini, misalnya
agar lebih fokus memanfaatkan waktu daripada sibuk menghitung waktu seperti
yang dilakukan Dor. Ada satu dialog yang kusuka,
“Ada sebabnya Tuhan membatasi hari-hari kita.”
“Mengapa?”
“Supaya setiap hari itu berharga.”
The Time Keeper (Sang Penjaga Waktu) karya Mitch Alborn nih bagus juga ya, Hmmmmmm. Jadi kepengen beli buat kado istri saya yang ultah 23 Oktober ini hiehiehiheiheee
BalasHapustelat bener ngasi kadonya -__-
Hapusboleh juga dimasukan ke list buku untuk dibaca
BalasHapusbisa bisaaa!
Hapuskupikir tadinya akan ada time traveller di novel ini, nggak ada ya kak?
BalasHapushehehe...
More than time travelling! Sampe mengendalikan waktu, mempercepat dan memperlambat waktu. Eh, spoiler, deh -__-
Hapuswah, keren keknya...
Hapusdisebutin teknis2nya kah?
atau jangan2, teknisnya bukan dari teori ilmiah namun hanya berdasar imaji penulis?
btw, pinjem donk kak.
:v
Nggak. Ini bukan novel fiksi ilmiah, cuma fiksi tok. Jadi nggak dijelasin time travelnya.
Hapus