Hari ini aku
baru ingat bahwa 3 Mei 2013 lalu genap empat tahun aku menginjakkan kaki di
tanah rencong. Dan 5 Mei 2013 kemarin aku genap empat tahun ditempatkan di Aceh
Barat Daya. Yang kuingat justru anniversary blog-ku yang kedua 23 Mei nanti. Ternyata
sudah empat tahun aku di sini, ya? Time
flies so fast, huh? Rasanya baru kemarin muntah di pesawat, baru kemarin
muntah di mobil bos dalam perjalanan Banda Aceh – Lhokseumawe. Eh, tapi setelah membaca pernyataanku yang merasa bahwa waktu berlalu sangat cepat jangan menuduhku sudah sangat betah di Aceh, ya. Aku juga masih mau pindah ke Jawa, hehehe...
Kalau
diingat-ingat banyak juga hal heboh yang kualami selama empat tahun. Tahun 2009 adalah tahun adaptasi,
penuh dengan culture shock, penuh dengan pengalaman pertama. Tahun adaptasi
karena pada saat itu aku harus membiasakan diri tinggal di tempat yang minim
fasilitas terutama fasilitas internet. Saat itu di Blangpidie cuma ada sedikit
warnet, kecepatannya pun kurang memuaskan. Aku juga harus beradaptasi dengan
makanan di sini. Saat itu sedikit sekali rumah makan yang menyajikan makanan
selain makanan Aceh. Di tahun 2009 pertama kalinya aku melihat yang namanya
meugang (semacam syukuran menyambut Ramadhan), melihat orang ramai mandi di sungai
dan pantai. Di tahun itu pula pertama kalinya aku merasakan hebohnya perjuangan
untuk mudik dengan pesawat terbang. Dan di tahun itu pula pertama kalinya aku
mengurus KTP karena untuk membuat rekening di bank setempat harus memiliki KTP
lokal. Sebelumnya sewaktu di Jawa aku tinggal titip berkas pada tetanggaku –
yang menjabat Ketua RT – lalu beberapa hari kemudian KTP sudah diantar ke
rumah.
Di tahun 2010
pun aku mulai sibuk. Maklum, 2010 adalah tahun vital bin berbahaya karena ada
sensus penduduk. Banyak pengalaman baru, mulai dari ikut ratekda (ini pertama
kalinya juga) di Banda Aceh, menjadi inda (instruktur daerah) untuk Sensus
Penduduk 2010 (SP2010), mewawancara Bupati, Wakil Bupati, Ketua DPRK (atau
DPRA, ya?), dan Dandim pada awal pelaksanaan sensus, sampai begadang hingga pukul
tiga pagi demi memeriksa dan memperbaiki tulisan di dokumen SP2010. Meskipun
ada peristiwa menyedihkan di 2010, kalau diingat-ingat tidak apa-apanya
dibandingkan pengalaman nano-nano selama SP2010.
Setelah
sempat berasumsi bahwa tahun 2011 akan dijalani dengan santai dibandingkan
tahun 2010, kenyataannya jauh berbeda. Tahun 2011 jauh lebih sibuk dan heboh dibanding
2010. Ternyata selain harus heboh meng-handle
entry Susenas yang mulai dilaksanakan
triwulanan dan mulai di-entry
menggunakan aplikasi berbasis jaringan (bukan lagi stand alone) ada proyek-proyek lain yang lumayan membuat sakit
kepala: PSPK dan PPLS. Aku harus menjadi inda untuk PSPK (Pendataan Sapi Potong
Sapi Perah dan Kerbau) dan meng-handle
entry datanya. Aku juga harus menjadi
inda PPLS (Pendataan Program Perlindungan Sosial) juga meng-handle entry datanya. Aku juga harus meng-handle entry PODES. Selama
itu banyak tragedi yang terjadi, mulai dari server yang rusak lantaran listrik
yang tidak stabil, dokumen yang hilang entah ke mana (dan Alhamdulillah
ketemu), aplikasi yang berkali-kali harus di-patch. Dan aku diuntungkan oleh semua pekerjaan yang membuat
senewen itu. Kenapa diuntungkan? Karena pekerjaan-pekerjaan itu membuatku lupa
pada patah hatiku sewaktu ditinggal nikah, hihihi...
Tahun 2012?
Tidak seheboh 2011, sih... Apa yang istimewa di tahun 2012, ya? Seingatku cuma
heboh update web. Oh, iya, update peta untuk desa-desa yang mengalami pemekaran
dan membuat laporan tentang desa-desa yang mengalami pemekaran. Senewen juga,
sih.
Dan 2013 ini
heboh Sensus Pertanian. Entah setelah Sensus Pertanian ini akan heboh apa lagi.
Semoga banyak hal menyenangkan di tahun ini dan tahun-tahun berikutnya.
Udah 4 tahun aja mbak,padahal kayaknya dulu ga betah,,hehe
BalasHapussekarang gravitasi bumi disana sedemikian kuaat
HapusIya. Nganti saiki be esih durung betah kok :D
Hapus@ zachflazz: gravitasi nya sama kok Pak :p
ohh pernah ditinggal nikah, pantas mila pernah bilang Allah Maha membolak-balikan hati
BalasHapussaya juga sering
HapusEmang yang udah ditinggal nikah doang yang ngomong kaya gitu?
HapusGa terasa udah 4 tahun ya mbak, sptnya itu tanda selama di Aceh memang bnyk aktivitas dan artinya lagi semakin bnyk aktivitas semakin banyak pengalaman yg didapatkan...
BalasHapusIya, sepertinya karena banyak kesibukan (kalo lagi sibuk doang sih) :D
Hapusaceh tetaplah eksotik. saya masih pengin kesana.
BalasHapusberuntunglah Mbak bisa tinggal di serambi mekkah.
Wah, saya termasuk beruntung ya?
Hapussantai bae yu...
BalasHapusbaru 4 tahun. aku udah bertahun tahun di jogja juga betah betah saja... :D
Karuan lah, wong nang Jogja ya betah :D
HapusSelamat ya... --selamat sudah mampu bertahan selama 4 tahun--- ^^,
BalasHapusmakasih :)
Hapus4 tahun berasa kok mbak hehehe
BalasHapusHehehe :)
Hapusudah empat tahun ya mbak... semoga empat tahun yg heboh itu memberi pengalaman seru ya... aku malah pingin pulang ke Aceh makan tumis ikan pake asam sunti :D
BalasHapusAyo, pulang ke Aceh :)
HapusKerja di BPS ya mbak Milla? Aku udah 5 tahun nih di Aceh. Aku wong jowo juga kok. Hehehe.. Kalau aku sih betah-betah aja di Aceh. Ada banyak hal positif dan mendewasakan aku sejak aku tinggal di Aceh. Hehehe..
BalasHapusSalam kenal ya mbak.. :D
Yup, kerja di BPS.
HapusMantep, udah 5 tahun. Masalah betah nggak betah sih sebenernya betah-betah aja. Tapi, kalo ingat jauh dari keluarga, mikirin perjalanan pulang kampung, jadi senewen :D