Laman

Senin, 30 Agustus 2021

Akhirnya Pergi ke Mall

Hari Minggu kemarin aku ke mall. Setelah sekian lama. Terakhir kali aku ke mall sepertinya empat bulan lalu. Setelah itu sepertinya tidak pernah ke tempat perbelanjaan besar lagi. Eh, sepertinya pernah ke Gramedia, sih. Itu dianggap sebesar mall atau tidak, ya? Entah. Yang jelas kemarin aku ke Mall Mangga Dua untuk membeli laptop. Setelah sekian lama menyiksa laptop yang sudah uzur untuk bekerja, beberapa hari yang lalu laptopku mengamuk. Suara kipasnya makin kencang dan meraung-raung seperti suara motor yang di-starter. Ngeri.


Rencananya aku ke sana hari Sabtu. Sayangnya hari Sabtu kepalaku sakit, setelah malam sebelumnya diare (diare melulu). Batallah rencana pergi di hari Sabtu. Daripada di tengah jalan mendadak pusing dan lemas. Berhubung di hari Minggu kondisiku sudah membaik, aku memutuskan pergi hari itu. Daripada terlambat membeli dan laptopku terlanjur mati total. Sebenarnya pergi ke Mall Mangga Dua di hari Minggu bukan ide yang baik karena banyak toko yang tutup. Jadi, aku ke sana dengan hati yang siap menghadapi kenyataan kalau aku pulang dengan tangan hampa. Setidaknya aku survei lokasi dulu. Halah.

Sampai di sana aku bersiap-siap menunjukkan sertifikat vaksin di ponselku. Ternyata malah tidak dimintai sertifikat vaksin. Aku malah disuruh memindai QR code yang ada di papan di pintu masuk. Aku lupa petugasnya bilang "scan dulu" atau "install dulu". Tidak jelas. Aku bingung. Aku mencoba memindai QR code tersebut dengan ponselku. Ternyata tidak ada aplikasi untuk membuka atau apalah. Ternyata aku harus meng-install aplikasi PeduliLindungi lalu menggunakannya untuk memindai QR code tersebut. Malesi. Aku mau bertanya-tanya ke petugas tadi pun malas. Entah kenapa hawanya malesi. Mbuh. Ya sudahlah. Aku terpaksa meng-install aplikasi tersebut. Untungnya aku hafal NIK-ku jadi lumayan cepat mengisi identitas di aplikasi. Setelah itu aku berhasil check in dan masuk ke mall.

Di sekitar pintu masuk tak banyak toko komputer/laptop jadi aku naik satu lantai. Kemudian aku sampai di salah satu toko yang memajang laptop dengan menempelkan kertas bertuliskan harga dan rincian spesifikasi laptop tersebut, seperti prosesor, RAM, storage, dan sebagainya. Aku melihat-lihat laptop yang harganya di atas budget-ku. Iseng. Eh, ternyata ada pegawai toko yang menghampiriku dan mempromosikan laptop yang sedang kulihat-lihat. Iseng-iseng aku bertanya, "Kalau laptop yang harganya xxx spec-nya gimana?" Kalau tidak salah ingat seperti itu pertanyaanku. Duh, baru sehari kok aku sudah lupa yang kukatakan. Dia pun menunjukkan laptop yang harganya tidak jauh dari budget-ku. Ternyata prosesor dan storage-nya di bawah yang kuinginkan. Namun, karena aku tidak ingin keluar uang jauh di luar budget, aku menimbang-nimbang untuk membeli laptop tersebut. Ada laptop yang prodesornya lebih tinggi tapi RAM-nya lebih rendah. Lebih mahal pula. Yang spesifikasinya sesuai keinginanku? Lebih mahal. Padahal budget-ku hari itu sudah kunaikkan dibanding budget yang kutentukan beberapa pekan sebelumnya. Waktu itu aku belum mengecek harga laptop sesuai spesifikasinya. Sebelumnya aku sudah diberitahu kalau harga laptop sedang mahal seiring naiknya permintaan di masa pandemi. Tapi aku tidak menyangka kalau ternyata semahal itu. Budget-ku kunaikkan. Eh, sampai di toko kok ternyata yang kuinginkan masih di atas budget. Akhirnya aku memutuskan untuk membeli sesuai budget saja. Ana sega ana upa, ana rega ana rupa (ada harga ada rupa). Karena aku hanya "rela" mengeluarkan uang sesuai budget, aku harus melupakan keinginan membeli laptop yang dapat dipakai untuk mengedit video. Wis. Nggak usah nggaya.

Setelah memutuskan membeli, aku agak kaget dengan diriku sendiri. Sepertinya ini bukan pertama kalinya aku langsung jadi membeli barang di toko pertama yang kumasuki. Aku tidak berkeliling ke toko lainnya terlebih dahulu untuk membandingkan harga atau mencari barang lain yang mungkin lebih sesuai keinginanku. Cepat sekali aku memutuskan untuk membeli. Padahal aku butuh waktu berbulan-bulan untuk memutuskan akan membeli laptop atau tidak. Sepertinya kalau belanja aku perlu mengajak teman perempuan agar ada yang mengajakku membandingkan harga ke beberapa toko dulu sebelum memutuskan membeli. Tapi ada untungnya juga cepat memutuskan. Jadi cepat pulang, hehehe.

Semoga laptopnya awet, setia menemaniku sampai bertahun-tahun mendatang.

4 komentar:

  1. Wkwkwkw samaa sama aku gak pemilih, terakhir pergi sama Ajip gempor dibawa keliling.

    Btw gak dikasi laptop dari kantor Mil?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama Ajip dibawa keliling semua lantai yak?

      Nggak dapat laptop dari kantor. Ngeri juga kalau pakai laptop kantor.

      Hapus
  2. wah seneng banget suaminya..kalau belanja ga ribet...ga kaya istri saya..muter2 keliling mall dulu akhirnya beli juga di toko pertama...wkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kadang ada untungnya sih muter-muter mall, siapa tahu ketemu yang lebih murah agau lebih bagus. Kalau ujung-ujungnya belinya di yang pertama, berarti itu memang rejekinya penjual itu.

      Hapus

Silakan meninggalkan jejak berupa komentar sebagai tanda bahwa teman-teman sudah membaca tulisan ini.. Tapi, tolong jangan menggunakan identitas Anonim (Anonymous), ya.. Dan juga, tolong jangan nge-SPAM!!!