Laman

Selasa, 06 Juni 2017

Kata-kataku Kembali Padaku

Beberapa minggu belakangan ini, aku membaca ulang tulisan di blog ini. Dan banyak sekali tulisan yang 'kembali' padaku. Aku membaca tulisanku tentang Gufi yang selalu memandang baik terhadap segala sesuatu. Meskipun semua yang dia kerjakan gagal dan berantakan di mata orang lain, di matanya dia cuma melihat sisi baik dari kegagalan itu. Saat aku sedang galau-galaunya karena berpikir semua yang kusentuh akan hancur berantakan, aku membaca cerita tentang Gufi itu. Dan sayangnya aku belum bisa berpikir positif seperti Gufi. Cih, lo nulis soal positive thinking tapi lo malah negative thinking mulu. Yah, memang bukan hal mudah, sih, melihat sisi baik dari segala sesuatu. Every cloud has silver lining. But, who the hell will really pay attention to find the silver lining? Halah, kenapa pikiranku jadi makin negatif begini?


Beberapa bulan belakangan ini juga kadar kepercayaan diriku menurun drastis. Salah satunya soal pindah. Beberapa orang menyarankan untuk minta rekomendasi dari provinsi tujuan. Apa yang bisa "kujanjikan" pada provinsi tujuan agar mereka mau memberi rekomendasi? Dengan kemampuan pas-pasan dan motivasi kerja yang nyaris nol, aku merasa tempat kerjaku sekarang tidak akan kehilangan kalau aku pindah dan tempat kerja tujuanku nanti juga tidak akan terlalu mendapat keuntungan kalau aku pindah ke sana. Kepercayaan diriku benar-benar rendah. Sungguh bertolak belakang dengan tulisanku ini yang menyebutkan bahwa kehidupan mengajarkan kita untuk tidak sombong tapi tetap menghargai kemampuan diri sendiri. Menghargai kemampuan diri sendiri? Nulis doaaang, praktik mah masih nol!

Aku juga makin banyak mengeluh. Padahal dulu aku pernah menulis tentang Mengeluh vs Menikmati. Aku menulis "hal sekecil apapun, sesederhana apapun, kalau dinikmati akan terasa indah". Nyatanya sampai sekarang aku masih belum bisa mempraktikannya. Aku tidak bisa lagi menikmati setiap perjalanan ke kantor. Padahal, mengeluh lebih banyak menghabiskan energi dibanding menikmati. Tapi, entah kenapa aku tetap saja memilih mengeluh.

Sepertinya hidup memiliki cara yang aneh untuk "mengejek" tulisanku yang mungkin jarkoni (cuma mengajari tapi tidak melakukan) yaitu dengan membuatku menghadapi berbagai masalah yang menuntutku mempraktikkan apa yang kutulis. Untungnya kebanyakan tulisanku bukan bernada nasihat melainkan sekadar refleksi, sekadar ungkapan "mungkin akan lebih baik kalau aku bisa begini". Jadi, aku tidak terlalu malu kalau tidak mempraktikannya.

6 komentar:

  1. Jadi evaluasi diri ya, Mbak. Btw, kepercayaan diriku e belum juga bertambah nih. Apalagi di dunia Blogger. Duuh...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, jadi evaluasi diri.

      Ish, udah senior gitu masih gak pede ya..

      Hapus
  2. saya juga selalu mengeluh mba..
    merubah kebiasaan memang tidak mudah. harus pelan..pelan..

    nice post..

    darumanihongo.blogspot.com

    BalasHapus
  3. yah aku juga gitu, apa yang aku tulis belum bisa sepenuhnya dipraktekin. Tapi klo buat aku itulah fungsi menulis, yang utama bukan untuk membuat orang lain mengikuti yang kita tulis tapi justru utamanya sebagai pengingat buat kita tentang apa yang pernah kita tulis, karena yaaaa sebenarnya pembaca setia tulisan2 kita ya adalah kita sendiri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. memang, kita nulis memang buat mengingatkan diri sendiri yak.

      Hapus

Silakan meninggalkan jejak berupa komentar sebagai tanda bahwa teman-teman sudah membaca tulisan ini.. Tapi, tolong jangan menggunakan identitas Anonim (Anonymous), ya.. Dan juga, tolong jangan nge-SPAM!!!