Lihat gambar di atas. Percaya dengan per-kotek-an (bukan
perkataan) si ayam? Percaya saja, dia tidak bohong, sueeerr! Kotoran ayam
memang dijadikan bahan baku pembangkit listrik di Belanda. Kotoran ini diolah
menjadi biogas untuk kemudian dijadikan bahan baku pembangkit listrik. Pembangkit
listrik tersebut sudah dioperasikan sejak 2008 dan menghasilkan listrik 270
juta kWh dalam setahun.
Cuma kotoran ayam? Tentu tidaaaak. Mereka juga mengolah
sampah lainnya menjadi energi listrik, salah satunya sampah dari sayuran dan
buah (VGF = vegetable, garden, and fruit).
Bayangkan! Bayam, kangkung, tomat, dan sebangsanya bisa ‘menghasilkan’ listrik.
Sama seperti kotoran ayam, VGF ini juga diolah menjadi biogas lalu diproses
menjadi listrik. Satu ton VGF bisa menghasilkan 100 Nm3 biogas (metana) yang
bisa memproduksi listrik 200 kWh.
Kreatif, ya! Langkah tersebut bisa diibaratkan sekali
mendayung dua tiga pulau terlampaui. Dengan dioperasikannya pembangkit listrik
tersebut, Belanda dapat mengatasi
masalah kebutuhan terhadap energi alternatif sekaligus mengelola sampah
organik dengan baik. Selain itu juga mengangkat martabat para ayam dari kasta
penghasil limbah menjadi kasta penghasil bahan baku biomassa, hehehe...
Cuma pembangkit listrik? Tentu ada lagi lainnya... Belanda
juga mengembangkan biofuel dari algae (ganggang). Di Wageningen, sudah
didirikan pusat riset bernama Algae Production and Research Center (AlgaePARC).
Tidak tanggung-tanggung. Target jangka panjangnya adalah suatu saat pesawat
terbang akan menggunakan biofuel dari algae ini. Terlalu ambisius? Tidak juga. Bukankah
untuk memacu kreativitas kita juga perlu ‘mimpi’ dan target yang tinggi?
Dan kreativitas orang Belanda ini bukan hanya berhenti
sekadar pada ide, teori, atau wacana melainkan langsung mengaplikasikannya.
Bukan sekadar kata, tapi langsung melakukan aksi. Mereka berani MEMULAI untuk
beraksi mengembangkan sumber energi alternatif. Memang, langkah mereka
tergolong tidak murah. Pembangunan pembangkit listrik berbahan baku kotoran
saja menelan biaya 150 juta Euro (lebih dari 1,5 triliun rupiah) dan yang
berbahan baku VGF menelan biaya 11 juta Euro (lebih dari seratus miliar
rupiah). Belum lagi biaya pemeliharaannya. Namun, seperti pepatah Jawa “jer basuki mawa beya”. Pada dasarnya
segala hal membutuhkan ‘pengorbanan’. Begitupun dalam hal mengembangkan sumber
energi alternatif. ‘Ongkos’ awalnya memang mahal. Namun, keuntungan di masa
mendatang bisa jadi berkali lipat dibandingkan ongkos awalnya. Mula-mula
keuntungannya hanya sebagai ‘pelengkap’ untuk sumber energi berbahan bakar
fosil. Ketika bahan bakar fosil sudah tidak dapat lagi ‘diandalkan’, negara
yang sudah mengembangkan energi alternatif ini tidak akan rempong menghadapi krisis energi.
Apakah Indonesia bisa “mencontek” mereka? Jangan khawatir.
Tahun lalu Belanda sudah mulai berinvestasi di sektor energi terbarukan di
Indonesia. Apa banyak investor Indonesia yang akan turut berinvestasi? Apa
penggunaan energi terbarukan ini akan berhasil? Dalam hal ini kita harus
optimis. Kalau saat memulai saja sudah pesimis, bagaimana mungkin akan
berhasil? Indonesia PASTI BISA.
Referensi:
http://economy.okezone.com/read/2011/10/25/19/520051/belanda-genjot-investasi-energi-terbarukan
http://www.wastematters.eu/about-dwma/activities/bioconversion/activities-in-the-netherlands.html
http://www.wastematters.eu/about-dwma/activities/waste-to-energy/activities-in-the-netherlands.html
http://www.bxjmag.com/bxj/article.asp?magarticle_id=1764
http://www.agussuwasono.com/artikel/iptek/84-tahi-ayam-menerangi-90000-rumah.html
http://www.planethijau.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=49&artid=916
coba kalau bisa di aplikasikan di indo, wah sumber yang begituan kan banyak banget tu..
BalasHapusYup, daripada bikin polusi, mending dimanfaatkan :p
HapusWaaa bener-bener nambah wawasan! iya tuh bener kata yang diatas, coba kalo ini diterapkan di Indonesia juga :)
BalasHapusSemoga saja bisa segera direalisasikan, jadi pemadaman, bergilir bisa sedikit berkurang :p
HapusSemoga menang kontesnya ndah hahahaha...
BalasHapusEnergi biogas memang energi alternatif yang menjanjikan, bisa mengolah limbah peternakan, limbah rumah tangga, bahkan kotoran manusia menjadi energi serta sisanya bisa dimanfaatkan menjadi pupuk yang berkualitas tinggi.
Sebenarnya Indonesia mempunyai SDM yang banyak mengenai ilmu biogas ini karena di fakultas peternakan dipelajari, cuma memang butuh tunjangan pendanaan dari pemerintah untuk memajukannya :)
Kalo kotoran manusia kayaknya susah buat 'ngumpulin' bahan bakunya :p
HapusEmang beberapa tahun lalu pernah ada yang mencoba mengolah kotoran jadi listrik dan bahan bakar. Yang diekspos media, sih, cuma penduduk yang mengolah kotoran sapi jadi biogas untuk bahan bakar kompor gitu. Tapi, ya itu... Masih skala yang sangat kecil. Cuma bisa untuk konsumsi pribadi kayaknya. Dan belum kedengeran lagi gaungnya yang skala besar.
Kayaknya susah kalo cuma menunggu pemerintah. Perlu merayu swasta juga buat berinvestasi. Soal SDM mah emang gak perlu diragukan. Banyak orang pinter di negeri ini. Cuma kayaknya mereka kurang 'dimanfaatkan', salah satunya si Anak Rantau ini :p
wew...
BalasHapusO.o melongo aja melihat aksi "Pemerintah" belanda yang mendukung riset demi kepentingan negaranya. Semoga segera ditiru Indonesia.
Hehehe, duit mereka turah-turah mungkin :p
Hapusbelanda bikin Pembangkit Listrik menggunakan kincir angin dong di Indonesia
BalasHapuskincir anginnya jgn hanya di pakai untuk holland bakery aja :p
Mau naruh kincir anginnya di mana, Maaas? Kalo di Jakarta udah penuh. Di luar Jawa mungkin, yah.
Hapusbisa dipantai kan? hampir tiap propinsi indonesia punya pantai kan :)
HapusHuhuhu, postinganku belum masuk ke kompetiblog2012.wordpress.com
BalasHapusTak delok postinganmu yo urung @_@
Berarti akeh banget yo sing meluuuu~
@ Una: Tunggu aja 2-3 hari.
HapusPunyaku malah bermasalah. Sekarang cuma bisa berdo'a biar terdaftar dan menang. *tetep ngarep*