Suatu hari, di suatu
kelas...
“Nanti, yang ulangan
Fisika-nya dapat sepuluh, potong ayam, ya!” kata guru yang sedang mengajar di
kelas. Dia mengatakan itu sambil berpura-pura memotong leher salah satu murid
perempuannya. Tentu saja dia hanya bercanda.
Murid itu pun mulai
bertanya-tanya, maksud gerakan gurunya itu. “Apakah aku yang mendapat nilai
sepuluh?” tanyanya dalam hati.
Tanya itu pun terjawab
saat pembagian hasil ulangan. Ternyata memang benar dia yang mendapat nilai
sepuluh pada ulangan Fisika yang dimaksud sang guru.
Pada kesempatan lain...
Beberapa siswi SMP
sedang berjalan bergerombol.
“Kamu ulangan Fisika
dapat sepuluh, ya!” kata salah satu dari mereka.
“Kamu murid
kesayangannya Pak Edi, ya. Di kelasku Pak Edi muji-muji kamu terus,” katanya
lagi. Tersangka yang dimaksud hanya tersenyum. Lebih tepatnya, cengar-cengir.
Pada kesempatan
lainnya lagi...
Guru itu sedang
menggambar di papan tulis. Buah jambu. Ada dua gerombol. Satu gerombol pertama
dibungkus plastik, istilahnya di-brongsong.
Gerombolan satunya lagi tidak dibungkus.
“Kira-kira mana yang
akan dimakan codot (kelelawar)?” tanyanya pada murid-muridnya. Tentu saja
mereka menjawab bahwa yang akan dimakan kelelawar adalah yang tidak dibungkus.
“Itulah bedanya
perempuan yang pake jilbab sama yang nggak pake jilbab,” lanjutnya.
* * *
It’s been more than 12 years. But, I still remember the way you raise
my confidence.
Mungkin Bapak sudah
lupa pernah mengajar murid bernama Millati Indah yang dulu namanya Bapak ganti
jadi Millin. Tapi, saya masih ingat diajar oleh Bapak. Saya juga masih ingat
sebagian yang Bapak ajarkan. Saya masih ingat besaran vektor itu besaran yang
memiliki nilai dan arah sedangkan besaran skalar tidak memiliki arah. Saya masih
ingat Rhizopoda/Sarcodina, Flagellata, Cilliata, Lamellibranchiata/Pelecypoda, Cephalopoda,
Gastropoda, dan lainnya.
Kenapa saya masih
ingat? Saya juga tidak tahu. Yang saya tahu, kalau saya tidak bertemu Bapak
saat itu, mungkin saat ini saya sudah jadi berandalan yang studinya hancur. Mungkin
banyak yang akan bilang kalau saya lebay.
Tapi, memang begitulah yang saya pikir. Kalau saya tidak diajar oleh Bapak,
kalau Bapak tidak memuji nilai ulangan saya, mungkin sampai sekarang saya akan
terjebak dalam pikiran bahwa saya bodoh.
Mungkin saat itu saya langsung mogok belajar dengan alasan “Buat apa belajar? Percuma!
Toh, semua orang sudah menganggap saya bodoh!” Kalau saya tidak mengenal Bapak
saat itu, mungkin saya tidak bisa seperti sekarang. Yah, sekarang saya memang
belum jadi orang sukses. Tapi, setidaknya saya jauh jauh jauh lebih baik
dibandingkan keadaan saya bila tidak mendapat motivasi dari Bapak.
Bapak tahu? Dulu,
banyak sekali guru yang menganggap remeh kelas kami. Ada guru yang mengatakan
bahwa kelas kami memiliki nilai terendah dibanding kelas lain. Kata guru itu
juga, kelas kami paling berisik. Tapi, Bapak menghargai kami seperti Bapak
menghargai kelas unggulan yang sering dipuji-puji guru lain. Mungkin bagi
Bapak, yang Bapak lakukan bukan sesuatu yang istimewa tapi memang begitulah
kewajiban seorang guru: membangkitkan kepercayaan diri muridnya. Tapi, bagi saya
itu benar-benar menakjubkan. Bapak hadir ketika kepercayaan diri saya berada di
titik nadir. Memang benar, Alloh tidak pernah terlambat mengirimkan bantuan
pada hamba-Nya. Dan Alloh tidak terlambat mempertemukan saya dengan Bapak.
Benar-benar di waktu yang sangat tepat. Ya, tepat ketika saya kehilangan
kepercayaan diri, tepat ketika saya benar-benar meragukan kemampuan saya, dan
tepat ketika saya kehilangan figur seorang ayah. Saat itu, Bapak benar-benar
menjadi pengisi sosok ayah bagi saya. Sampai saat ini pun, Bapak masih saya anggap ayah kedua bagi saya. Dan, karena Bapak, saya jadi semangat
belajar.
Bapak ingat? Dulu Bapak
pernah berkata pada saya, “Kamu mau nggak pake jilbab? Kalo kamu mau, nanti
Bapak yang ongkosi semua seragam kamu.” Waktu itu saya tidak memenuhi tawaran
Bapak. Saya masih belum mau mengenakan jilbab. Tapi, saya benar-benar memikirkannya
dan mempertimbangkannya. Dengan semua penjelasan dari Bapak tentang perbedaan
perempuan yang mengenakan jilbab dan yang tidak, saya sebenarnya tergerak untuk
berjilbab. Tapi, waktu itu saya belum siap. Dulu, banyak siswi MTs yang
mengenakan jilbab tapi sikapnya tidak Islami. Saya tidak ingin seperti mereka.
Berjilbab tapi sikapnya tidak Islami, bagi saya merusak citra jilbab itu
sendiri. Lalu, ada kawan saya yang memutuskan berjilbab. Saat saya menceritakan
keraguan saya, dia Cuma berkata, “Yang penting menutup aurat dulu. Memperbaiki
akhlaq bisa mipil (bertahap).” Benar juga. Kalau menunggu akhlaq-ku sempurna,
mungkin sampai mati saya tidak akan berjilbab. Lalu, saya pun berjilbab ketika
mulai masuk SMU, meskipun waktu itu belum konsisten, cuma memakai jilbab di
sekolah sedangkan di rumah masih buka tutup. Dan sayang sekali, saat itu saya
tidak bisa bertemu Bapak lagi karena
Bapak sudah pindah ke sekolah lain. Padahal, ingin sekali saya
menunjukkan bahwa saya sudah berjilbab, bahwa usaha Bapak untuk menasihati saya
sudah membuahkan hasil.
Maaf, Pak. Saya belum
bisa membalas jasa Bapak dan guru-guru saya yang lain. Saya cuma bisa berdo’a
semoga Bapak senantiasa dalam lindungan Alloh, senantiasa mendapatkan kasih
sayang dan barokah-Nya. Dan semoga, akan semakin banyak guru-guru seperti
Bapak, yang tidak cuma mengajar tapi juga membimbing, menasihati, dan membesarkan
hati murid-muridnya.
*surat yang takkan
pernah tersampaikan untuk Pak Edi Wuryanto*
Tulisan ini diikutsertakan dalam Giveaway The Fairy and Me yang diselenggarakan oleh Nurmayanti Zain
jadi ingat sama Guruku di semasa SMA dulu mba,
BalasHapusada moment dimana membuat ku menangis haru saat kelulusan,karena ibu guru ( Ibu Ati ) sudah ku anggap seperti ibu kedua ku sendiri
mungkin aku punya harapan,dimana suatu saat nanti aku ingin menemui beliau & mencium kaki beliau itu bentuk wujud penghargaan yang tiada tara untuk beliau
Semoga pak guru baca surat ini! So, sukses buat GA-nya, mbak... ;-)
BalasHapus@ Andy: waduh, sampe mau cium kaki segala... cium tangan aja..
BalasHapus@ eksak: wah, saya malah malu kalau nanti bapaknya baca :D
guru memang punya tempat spesial ya buat murid2nya :)
BalasHapussaya pun demikian. jadi pengen cerita juga hehehe
btw, saya punya kejutan yang menyenangkan buatmu, bukan segerobak es krim, tapi jika ingin tau, mampir ke tempatku saja :)
masyaAllah...
BalasHapusmemang guru itu sosok pengajar yang tak tergantikan. jangan lupa sisipkan nama beliau di setiap doa yang terpanjat :)
-----------
sudah terdaftar ya millati
terima kasih atas partisipasinya !
sosok guru yang harusnya dicontoh oleh guru-guru yang lain ya sob
BalasHapus@ nicamperenique: Memang, guru yang baik itu selalu berkesan di hati murid2nya
BalasHapusAlhamdulillaaah, setelah berkunjung ke tempat Mbak jadi ngerasa gak rugi beberapa hari belakangan jadi banci giveaway :D
@ Nurmayanti Zain: Hehehe, saya sering lupa mendoakan beliau *malu*
@ Thanjawa Arif: Betul, perlu dicontoh guru-guru yang lain biar makin banyak murid yang termotivasi.
wahh,guru yang sungguh baik :)
BalasHapussemua peljran dari seorang guru akan sangat diingat muridnya jika guru itu adalah guru yang disukai oleh murid2nya :)
jadi semuanya akan ingat klw kita suka gurunya, ototmatis kita akan ingat dan cpt mengerti dgn apa yg diajarkannya :D
(panjang sekali komen saiia) -___-"
hehehhe
maaf,, salam kenal millati en slam semangat GA juga ^_^
Betul, betu, betul! Kalau gurunya kita suka, biasanya pelajarannya diingat terus.
HapusSalam kenal juga :) :) :)
paling mantep perumpamaan jilbabnya. . .
BalasHapusMasyaAllah
share dong di fb. . .di tag
Seorang guru spiritual membaca sebuah buku, dalam hati beliau berkata "sepertinya penulis ini muridku". Kemudian Beliau bertanya hal yang sama pada muridnya yang lain. Dan murid tersebut mengiyakan. "Sudah kuduga" ucap beliau.
BalasHapusMungkin,entah kapan,semoga Pak Guru-mu membaca suratmu ini.
@ Kaito Kidd: share sendiri aja yah, malu aku kalo ketahuan adekku
BalasHapus@ wawan: wah, guru saya bukan guru spiritual melainkan guru Biologi dan Fisika :p
Kalau pak Edi wuryanto baca blog kamu, pasti dia akan tersenyum bangga. Alhamdulillah muridku dulu sudah bisa memakai jilbab.
BalasHapusCoba cari aja sob lewat facebook atau jejaring sosial. Supaya bisa bersilaturrahmi lagi.
Hehehe, di Facebook banyak nama itu tapi gak tahu yang mana yang guru saya.
Hapus